TARAKAN, Fokusborneo.com – Perhatian publik terhadap isu pemanasan global dinilai masih rendah, terlihat dari minimnya ketegasan regulasi yang efektif mencegah praktik yang memperburuk kondisi iklim. Kenyataan ini bertolak belakang dengan data ilmiah.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan, suhu Bumi terus menunjukkan peningkatan signifikan setiap tahunnya.
Kepala BMKG Tarakan Muhammad Sulam Khilmi, mengonfirmasi data peningkatan suhu rata-rata di Indonesia. Menurutnya, pemanasan global adalah ancaman nyata yang terukur.
”Kami mencatat adanya peningkatan suhu rata-rata tahunan sebesar 0,3 derajat Celsius secara konsisten selama beberapa tahun belakangan. Ini bukan lagi sekadar perkiraan, tapi adalah bukti terukur bahwa pemanasan global itu benar-benar terjadi,” ujar Khilmi, Kamis (3/12/25).
Menyikapi tren kenaikan ini, BMKG menekankan perlunya kesadaran akan ancaman iklim jangka panjang. Khilmi menegaskan bahwa perubahan iklim terhubung dengan seluruh aspek kehidupan, sehingga wajib menjadi perhatian utama semua pihak.
“Dampak akumulatifnya perlu dicermati. Bayangkan, jika kenaikan 0,3 derajat ini terus berlanjut tanpa kendali, seperti apa kondisi Bumi kita dua dekade ke depan?” imbuhnya, memicu renungan,” tambahnya.
Ia menjelaskan betapa sensitifnya sistem iklim, di mana kenaikan suhu yang relatif kecil saja dapat memicu reaksi berantai yang ekstrem.
”Upaya meminimalisir dan menghambat laju pemanasan global harus segera dilakukan. Kenaikan suhu sebesar 1 derajat saja dampaknya sudah luar biasa, yaitu meningkatkan frekuensi kejadian cuaca ekstrem,” jelas Khilmi.
Khilmi menjelaskan peningkatan suhu air laut akan mempercepat laju penguapan, yang kemudian memicu pembentukan awan-awan konvektif dengan intensitas yang lebih ekstrem.
Awan konvektif yang ekstrem ini, menurut Khilmi, dapat mengakibatkan fenomena cuaca buruk seperti angin kencang atau curah hujan lebat.
Data ini merupakan hasil observasi menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Tarakan.
”Tanggung jawab mencegah peningkatan suhu ini harus dipikul oleh semua pihak, tidak terkecuali individu. Kita harus ingat, dampak dari perubahan iklim ini luas, memengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk, termasuk kita sebagai manusia,” tambahnya.
Perubahan iklim, lanjut Khilmi, tidak hanya masalah bencana alam, tetapi juga berimbas pada aspek ekonomi, khususnya pada sektor produksi.
”Masalah iklim ini sangat jelas memengaruhi produksi komoditas penting, mulai dari pertanian, perikanan, hingga peternakan. Meskipun ini di luar kewenangan operasional BMKG, kami menyuarakan ini karena iklim punya banyak keterkaitan dengan kehidupan,” tutur Khilmi.
Oleh karena itu, ia mengimbau dan mengingatkantentang pemanasan global agar masyarakat ikut menjaga lingkungan.
“Kami hanya bertugas mengimbau dan menegaskan, berdasarkan data kami, bahwa peningkatan suhu iklim memang terjadi setiap tahun,” tegasnya.
Mengenai upaya pencegahan, Khilmi menilai potensi keberhasilan ada, tetapi tantangannya terletak pada komitmen bersama.
”Pencegahan sangat dimungkinkan, namun yang jadi pertanyaan besar adalah, apakah semua orang bersedia melakukannya? Setiap aktivitas kita yang merusak lingkungan pasti akan berdampak pada perubahan iklim,” ucapnya.
Khilmi juga menyoroti Karhutla, salah satu dampak visual dari perubahan iklim.
”Kami terus-menerus mengingatkan tentang bahaya perubahan iklim agar semua pihak melakukan langkah nyata untuk menekan laju peningkatan ini. Ambil contoh kasus Karhutla yang marak belakangan ini. Secara alamiah, Karhutla terjadi karena peningkatan hotspot, dan peningkatan hotspot di suatu wilayah itu salah satunya dipicu oleh perubahan iklim,” pungkas Khilmi.(**)














Discussion about this post