TARAKAN, Fokusborneo.com – Insiden hebohnya mobil pemadam kebakaran (PMK) Sektor Tarakan Barat yang mengeluarkan asap tebal di Jalan Jenderal Sudirman Kamis (4/12/25) pagi, segera ditindaklanjuti.
Kendaraan tersebut dipastikan mengalami gangguan teknis mendadak, dan terungkap mobil fire rescue itu merupakan armada hibah berusia tua dari Jepang yang telah lama beroperasi.
Komandan Sektor PMK Tarakan Barat, Lasius menjelaskan insiden itu terjadi, ketika mobil yang dioperasikan untuk mengisi bahan bakar tiba di tanjakan depan Gereja Katolik Paroki Santa Maria Imakulata.
”Awalnya tujuan untuk mengisi BBM. Pas ditanjakan di depan gereja Katolik, dari situ terjadilah insiden itu. Terjadi mengeluarkan asap, hanya belum mengeluarkan percikan api, hanya berupa asap,” jelasnya.
Lasius mengapresiasi kesigapan sopir yang lbertugas dengan langsung mematikan semua kontak kelistrikan untuk mengantisipasi potensi api yang lebih besar.
Menurutnya, kejadian mesin ‘terak’ dan mengeluarkan asap tebal ini berlangsung sekitar dua menitan sebelum kontak listrik ke aki berhasil dicabut.
Mobil yang sempat menutup sebagian ruas jalan itu akhirnya dievakuasi dan ditarik kembali ke Markas Komando (Mako) Kesatu.
”Nanti Pak Kasi Sapras (Kepala Seksi Sarana dan Prasarana) yang akan menentukan, apakah nanti mau diservis atau memang mau didokkan (diistirahatkan total),” katanya.
Lasius membenarkan mobil yang bermasalah tersebut adalah kendaraan lama hibah dari Jepang yang usianya sudah puluhan tahun.
”Itu sudah lama mobil itu. Itu hibah dari Jepang. Kondisinya sudah kurang lebih 60-70 persen. Itu masih zaman kotip (kota administratif) dulu, kalau tidak salah,” ungkapnya.
Ia mengatakan ini bukan kali pertama insiden serupa terjadi. Kurang lebih dua bulan lalu, mobil fire rescue yang sama pernah mengalami kondisi serupa di Jalan Mulawarman.
Saat ini, mobil tersebut tidak lagi digunakan untuk pemadaman api karena sudah ada unit yang lebih baru, melainkan difungsikan sebagai mobil animal rescue dan mobilisasi anggota karena ukurannya yang kecil dan dapat masuk gang.
Di Sektor Barat, kini hanya tersedia satu unit mobil tanky dan satu unit roda tiga yang juga bisa menyemprot, selain mobil fire rescue yang kini bermasalah.
Lasius mengakui dengan kawasan Tarakan Barat yang padat pemukiman, armada yang ada saat ini masih dirasa kurang. Selain itu, kondisi kota yang memiliki median jalan dan jalur satu arah menjadi tantangan yang memperlambat respons petugas menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP).
”Kita harus muter-muter. Yang membuat kita kadang-kadang agak respons kita akhirnya lambat,” keluhnya.
Lasius berharap, di titik-titik tertentu dapat dipasang barier yang bisa dibuka khusus untuk akses unit damkar saat kondisi darurat.(*/mt)












Discussion about this post