TARAKAN, Fokusborneo.com – Stabilitas harga di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) tetap terjaga pada November 2025.
Data menunjukkan inflasi bulanan (month-to-month / mtm) Kaltara tercatat sebesar 0,11%. Meskipun angka ini sedikit naik dari Oktober 2025 (0,08% mtm), Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, Hasiando Ginsar Manik, memastikan inflasi berada dalam batas aman.
”Inflasi Kaltara di November 2025 tercatat tetap terkendali di level 0,11% (mtm). Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh naiknya harga emas global seiring meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ekspektasi perlambatan ekonomi dunia,” ujarnya.
Secara tahunan (year-on-year / yoy), inflasi gabungan tiga kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kaltara berada di angka 2,47%. Capaian ini masih kokoh berada di dalam rentang target inflasi tahunan 2,5% \pm 1%.
Secara regional, dua dari tiga kota IHK di Kaltara mengalami inflasi, yaitu Kota Tarakan sebesar 0,25% (mtm) dan Kabupaten Tanjung Selor sebesar 0,13% (mtm). Sementara itu, Kabupaten Nunukan justru mencatatkan deflasi sebesar -0,13% (mtm).
Hasiando menjelaskan, selain karena meningkatnya harga emas perhiasan akibat sentimen global, inflasi juga didorong oleh peningkatan harga angkutan udara.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat serta adanya penyesuaian tarif maskapai menjelang periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kenaikan harga sawi hijau juga ikut mendorong inflasi karena minimnya pasokan setelah dipanen pada bulan sebelumnya.
Di sisi lain, beberapa komoditas berperan penting menahan laju inflasi. Penurunan harga ikan bandeng terjadi sejalan dengan periode panen di momen pasang besar.
Selain itu, harga tomat juga menurun karena melimpahnya pasokan dari wilayah Sulawesi yang masih mengalami fase panen.
Penurunan biaya input produksi, khususnya pakan jagung dan Day Old Chick (DOC), juga menyebabkan harga daging ayam ras tercatat turun.
”Bank Indonesia Kalimantan Utara terus berkomitmen menjaga stabilitas harga agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan perekonomian daerah tetap kuat,” tutup Hasiando.
Ia menegaskan koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus diperkuat untuk menjaga inflasi.(*/mt)












Discussion about this post