TARAKAN – Umat Hindu di Kota Tarakan merayakan Tahun Baru Saka 1942 atau Hari Raya Nyepi dengan sederhana.
Rangkaian peribadatan hari raya Nyepi tetap dilaksanakan meski tudak dilaksanakan seperti biasanya, salah satu contohnya upacara Melasti yang biasanya dilakukan di laut kali ini dilaksanakan di Pura Agung Giri Jagat Nata.
“Sebelum sembahyang Nyepi, kita laksanakan Melasti yakni pembersihan atau mensucikan peralatan yang ada di tempat Ibadah menggunakan air segara, tapi kita lakukan dibawah Pura dengan mengambil air laut dengan prosesi Agama,” terang ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kaltara I Mayan Suaba, Selasa (24/3/2020).
Persembahyangan utama tetap seperti biasa di Pura Agung Giri Jagad Nata, dimulai dari prosesi Mecaru (Tawur Agung) atau persembahan roh-roh jahat yang menggangu disempurnakan dan dikembalikan ke alamnya.
“Mecaru dilakukan dengan dengan cara mengelilingi dan membersihkan halaman Pura atau dirumah masing-masing jika di Bali, baru kemudian sembahyang bersama,” tuturnya.
Ketua Panitia Ngurah Ketut Sudiadyana mengatakan, sembahyang bersama diikuti sekitar 50 umat Hindu se Kota Tarakan.
“Umat Hindu di Tarakan sekitar 100 kepala keluarga lebih, kemungkinan masih bertugas dengan adanya virus corona salah satunya di Rumah Sakit, tapi kemarin juga hadir disini,” katanya.
Usai persembahyangan, umat Hindu melaksanakan Catur Brata meliputi, amati geni (tidak boleh nyalakan api), amati karya (tidak boleh bekerja), amati lelungan (tidak boleh berpergian), dan amati lelaungan (tidak mendengarkan hiburan). (wic/iik)
Discussion about this post