JAKARTA – Senator asal Kalimantan Utara Hasan Basri, mendorong Pemerintah menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dari pada metode serologi dalam rapid test pemeriksaan Virus Corona (Covid-19). Penggunaan PCR, juga sesuai saran para ahli dan dokter.
Melansir dari sumber Live science dan CNN, tes PCR bekerja dengan mendeteksi bahan genetik spesifik di dalam virus. Bahan genetik, tergantung dari jenis PCR yang ada.
PCR ini, sangat efektif mendeteksi virus dan memudahkan petugas kesehatan mengambil sampel air liur, menyeka bagian belakang tenggorokan, sampel cairan dari saluran pernapasan bawah atau sampel tinja untuk proses tersebut. Untuk keampuhan alat tersebut, tergantung dari seberapa baik petugas kesehatan mengambil sampel dari pasien.

Sementara fasilitas PCR sendiri, di laboratorium Indonesia sangat sedikit. Sehingga membutuhkan waktu setidaknya 3-4 hari, untuk mengetahui hasil pemeriksaan. Keberadaan fasilitas rapid PCR di seluruh rumah sakit rujukan, mempercepat mendeteksi gejala Covid-19.
Menyikapi hal tersebut, Senator Hasan Basri, S.E.,M.H. menyarankan, agar segera ditindaklanjuti saran para ahli dan dokter oleh Pemerintah Pusat dengan memperbanyak alatnya di seluruh rumah sakit rujukan.

“Metode PCR dinilai lebih akurat lantaran bisa mendeteksi virus, bahkan pada orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Alat ini yang seharusnya segera diperbanyak dan didistribusikan ke Rumah Sakit rujukan, agar cepat penanganan pencegahan Covid-19 ini” ungkap Wakil Ketua Komite II DPD RI Hasan Basri.
Hasan menambahkan, dilihat kisaran harga PCR kurang lebih Rp. 300 Juta jika dikalikan dengan jumlah Rumah Sakit rujukan sebanyak 136, kisaran anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp. 40,8 Miliar. Apabila tidak bisa semua Rumah Sakit rujukan, minimal setengahnya atau setiap Provinsi ada 1 Laboratorium PCR.
“Termasuk penyediaan APD, sampai ke level Puskesmas. Sebab Puskesmas juga merupakan garda terdepan menangani pasien sebelum dirujuk ke Rumah Sakit,†pungkas anggota DPD RI Dapil Kaltara.(mt)