NUNUKAN, Fokusborneo.com – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI perwakilan Kalimantan Utara (Kaltara), H Hasan Basri, SE, MM, menyuarakan pandangan yang berbeda terkait rencana Calon Daerah Otonomi Baru (DOB) Krayan.
Menurutnya, sebagai wilayah perbatasan negara, Krayan selayaknya mendapatkan perlakuan istimewa layaknya empat DOB baru di Papua.
Senator yang juga menjabat Ketua PURT DPD/MPR periode 2024-2029 ini, menyampaikan pandangannya setelah menerima audiensi dari Presidium Calon DOB Krayan. Ia menyebut pentingnya pemekaran wilayah Kaltara.
“Otonomi daerah adalah kesempatan emas untuk mengembangkan potensi lokal dan memajukan daerah kita,” ujar Hasan Basri, Selasa (14/10/25).
Mengutip pengalamannya baru-baru ini di Papua, Hasan Basri mengungkapkan, Krayan harus mendapatkan perlakuan yang sama seperti di Papua.
“Saya baru saja berkunjung ke Papua. Empat DOB baru di sana, secara administrasi sangat tidak memenuhi persyaratan. Tetapi nyatanya bisa dibentuk dengan pertimbangan isu strategis nasional. Kalau di Papua bisa, Krayan juga bisa diperjuangkan dengan isu strategis nasional,” tegasnya.
Pada kesempatan audiensi tersebut, Hasan Basri secara simbolis menerima kajian akademis pembentukan DOB Krayan yang diserahkan langsung Ketua Presidium, Gat Khaleb, disaksikan tokoh-tokoh adat dan perwakilan kepala desa Krayan.
Dalam diskusinya dengan tim Presidium, ia juga membagikan hasil koordinasi DPD dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengenai DOB.
“Pada dasarnya pusat tidak alergi dengan DOB. Hanya saja ada beberapa aturan yang masih harus diselesaikan terkait ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan gagasannya untuk mengusulkan agar pemerintah memberikan kesempatan minimal satu DOB bagi setiap provinsi, mengingat banyaknya usulan pemekaran saat ini.
Senator asal Kaltara ini juga menekankan perlunya keseriusan Presidium DOB Krayan. Ia menyiratkan harapan agar perjuangan pembentukan DOB Krayan didasari rasa kepemilikan dan cinta terhadap daerah.
“Presidium harus serius dan perlu dukungan pemerintah daerah dan swasta, khususnya masalah pembiayaan, karena pasti butuh biaya yang besar. Seseorang mencintai negara mereka, bukan karena negara itu hebat, tetapi karena itu adalah milik mereka sendiri,” tutupnya.(**)
Discussion about this post