TARAKAN – Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Muhammad Thamrin Marzuki berpesan pengurus baru Taekwondo Kalimantan Utara (Kaltara) harus lebih baik prestasinya kedepan.
Pesan itu disampaikan saat pelantikan Pengurus Provinsi (Pengprov) TI Kaltara di Hotel Galaxi Kota Tarakan, Jumat (23/9/22).
“Itu yang kita harapkan. Setiap ada pergantian pengurus ada kinerja yang ditunjukan, prestasinya meningkat,” pesan Thamrin.

Di PON di Papua, Kaltara menempati rangking terakhir cabang olahraga Taekwondo. Pada PON 2016 di Jabar, Kaltara memperoleh 1 medali emas di kelas under 60 Kg putra.



“Itu bisa ko. Harapan kita prestasinya bisa meningkat diakan mendatang,” ujar Thamrin.
Selain prestasi, Thamrin meminta pembinaan usai dini harus digenjarkan termasuk kompetisinya. Sebab kompetisi itu sebagai tolak ukur pembinaan atlet di masing-masing daerah.

“Kalau bisa memenangkan kompetisi berarti berhasil pembinaan itu. Jadi kesejahteraan atlet itu ada 2 berlatih dan bertanding. Berlatih gimana diberikan pembinaan yang baik, dikasih kesempatan mereka untuk ikut kejuaraan itu kesejahteraan atlet,” kata Thamrin.

Tanggungjawab pengurus mulai dari pusat sampai daerah, memberikan kesejahteraan tersebut dengan pelatihan dan pembinaan yang baik serta diberikan kesempatan bertanding mulai dari daerah, nasional maupun internasional.
“Kompetisi Taekwondo cukup banyak. Waktu pandemi Covid-19 saja, Taekwondo masih ada even bahkan menjadi salah satu cabor paling banyak menggelar even secara virtual. Dibeberapa internasional kita mendapatkan emas dan bagus-bagus kadet, junior dan senior kita,” jelas Thamrin.
Selesai pandemi Covid-19, PBTI bakal memperbanyak even. Dalam waktu dekat, di Kaltara juga akan ada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), kejuaraan wilayah, kejuaraan nasional dan puncaknya PON.
“Baru habis itu ikut even luar negeri Seagames di bulai Mei, Asian Games di September Oktober. Jadi semakin banyak even, banyak bertanding, mental mereka semakin baik,” pungkas Thamrin.
Thamrin berpesan buat pengurus TI Kaltara, atlet yang memiliki potensi medali supaya digenjot terus latihannya. Karena semakin sedikit yang dilatih, maka semakin fokus dan atlet bisa terus dimonitoe kemajuannya serta bisa dievaluasi dari hari ke hari, waktu ke waktu.
“Contohnya seperti Seagames di Vietnam dan Filipina, atlet yang dikirim pemerintah ke Filipina 800 orang lebih di Vietnam hanya separuhnya. Tapi medali yang dihasilkan, lebih banyak di Vietnam itu artinya efisiensi anggaran tercapai dan pencapaian medali meningkat dan kita mengikuti itu,” tutup Thamrin.(Mt)