Aji Bambang Kusuma. Pengusaha. Ketua Kerukunan Keluarga Masyarakat Berau. Budayawan. Hidupnya paripurna. Lahir di Berau. Kalimantan Timur.
Tumbuh sukses di Tarakan, Kalimantan Utara. Umroh di Tanah Suci, Arab Saudi. Meninggal dunia di Istanbul Turki. Sepertinya, beliau ingin mandi bersih dulu sebelum pergi jauh.
Ketika Anda membaca tulisan ini, jasadnya masih dalam perjalanan. Yah, perjalanan yang jauhnya ribuan kilometer. Dari benua Eropa menuju tanah Borneo di Asia Tenggara.
![width"450"](https://fokusborneo.com/wp-content/uploads/2024/07/IMG_20240718_195053_600_x_1100_piksel.jpg)
Ia memilih bersemayan di pekuburan Muslim Juata Laut. Disebelah sang Istri. Yang sudah menunggu sejak tahun 2017 silam.
Saya mengenal Aji Bambang Kusuma bukan sebagai pengusaha. Atau Ketua KKMB. Tapi kami sama-sama menjadi umat warung kopi.
Menghabiskan pagi, bercerita dari hulu ke hilir. Mulai politik sampai klenik. Dari kisah masa muda hingga urusan agama.
Sebagai pengusaha minyak tajir melintir, penampilannya selalu santai. Celana jeans dibalut polo shirt. Atau kemeja kotak-kotak lengan panjang.
Ia berbaur dengan siapa saja di warung kopi. Buruh pelabuhan, polisi, karyawan Bank, hingga wartawan seperti saya. Tak berjarak.
Suatu hari saya bertanya ke beliau. “Pak Aji kok gak kerja? Tiap hari di warung kopi?” Tanya saya. “Kerja itu gak harus di kantor. Di warung kopi juga kerja,” katanya sambil ketawa.
Yah, sesekali telponnya berdering. Ia terlibat pembicaraan serius. Kadang kala juga karyawatinya datang ke warung kopi, membawa cek. Ia pun menandatangani cek itu. Lalu, lanjut ngopi lagi.
Dia merintis usahanya dari nol. Sebagai karyawan perusahaan minyak paling bawah. Kalau bahasa orang minyak, dari gulung derum.
Wajar, Aji Bambang sekolahnya hanya sampai SMP. Ibarat anak tangga dia harus meniti dari bawah. Hingga akhirnya punya perusahaan sendiri. Dipercaya Bank, Perusahaan tambang hingga Pertamina.
![blank](https://fokusborneo.com/wp-content/plugins/wp-fastest-cache-premium/pro/images/blank.gif)
Aji Bambang Kusuma. kini mereka berjumpa. Foto : Ist
Semua itu pernah Aji Bambang ceritakan saat saya undang di talkshow Inspirasi di Tarakan TV. Bahkan, disatu momen Ia harus berhenti sejenak. Suaranya parau. Air matanya menetes. Ketika saya bertanya masa lalunya.
Aji Bambang mengakui, dia tidak pernah bermimpi bisa sampai titik ini. Usahanya maju pesat.
Dulu, untuk makan saja susah. Termasuk juga meyakinkan teman sepermainan dia harus cerdik. Ada ceritanya yang sampai hari ini masih saya ingat.
Ceritanya begini. Dulu saat kecil, Aji Bambang sering di buly teman-temannya. Kalau bahasa anak sekarang dia dikenal cupu. Nah, bagaimana caranya supaya dia disegani dan tidak di buly lagi. Otaknya pun berputar.
“Saya lihat pohon cukup besar. Di depan teman-teman, pohon itu saya tendang. Saya bilang ke mereka, lihat saja pohon ini besok pasti mati gara-gara tendangan ku,” ceritanya.
Karena sering menjadi bahan olok-olokan, mana ada yg percaya pohon itu bakalan mati. Teman-temannya pun bubar. Tapi, dasarnya memang cerdik, malamnya, Aji Bambang datang ke pohon itu sendirian.
Tapi kali ini dia bawa air aki. Air beracun itu disiram keseluruh pohon. Berharap daunnya berguguran dan pohon itu menemui ajalnya.
“Kalau pohon itu masih hidup, hancur aku. Untungya, besok pagi mati. Teman-teman ku kaget. Dia pikir aku ini sakti bisa kasih mati pohon sekali tendang. Mulai hari itu aku disegani sama teman-teman ku,” kisahnya sambil cengar-cengir.
Saya mendengar cerita itu pun ngakak. Tapi dari kisah itu saya mengambil kesimpulan. Kesuksesannya di dunia bisnis yang keras itu, bukan karena dia pintar secara keilmuan. Tapi, Aji Bambang adalah pengusaha yang cerdik. Pandai memanfaatkan peluang, pekerja keras dan beruntung.
Sebenarnya lama saya tidak berjumpa lagi dengan beliau. Sesekali hanya berpapasan di jalan.
Ia selalu menyetir sambil merokok dengan kaca mobil terbuka lebar. Mungkin itulah ciri khas Aji Bambang. Perokok berat.
Akhir-akhir ini saya malah sering berjumpa anak wanitanya bernama Yuni dan menantunya Dicky. Yah, kami adalah siswa kelas pagi di Warung Kopi Benteng.
![](https://fokusborneo.com/wp-content/uploads/2022/11/IMG_20221116_091204_800_x_960_piksel.jpg)
RS. Acil Servis Turki. Foto : Ist
Dari mereka berdualah saya mengetahui kalau Aji Bambang terbaring sakit di Istambul, Turki.
Ceritanya, 20 menit setelah penerbangan dari Jedah menuju Istanbul beliau mengalami sesak nafas. Makin tinggi pesawat makin sesak. Padahal penerbangan masih 4 jam lagi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana tersiksanya beliau.
Landing di Istanbul langsung dibawa ke Rumah Sakit Acil Service. Hari itu, kondisinya masih sadar. Saya berupaya mencarikan kontak.
Mulai dari KJRI Istanbul hingga hotline Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Turki. Minimal ada yang mendampingi selama di rumah sakit.
Syukur, menurut informasi dari keluarga akhirnya ada mahasiswa asal Indonesia yang membantu. Tapi, kondisi tubuh Aji Bambang makin menurun. Ia sudah tidak sadarkan diri di ruang ICCU. Pun saat anak lelakinya Adinata Kusuma tiba di Istanbul.
Aji Bambang sepertinya menunggu putra kesayangannya itu datang sebelum menghembuskan nafas terakhir. Menjemputnya untuk bersama-sama kembali ke Tarakan. Tanah keberuntungan baginya.
Itulah Aji Bambang Kusuma. Ia bukan hanya pengusaha. Tapi pecinta budaya. Sangat bangga dengan leluhurnya. Terutama Kesultanan Gunung Tabur dan Sambaliung.
Aji Bambang yang berperan hingga dua Kesultanan itu bersatu. Karena dia keturunan keduanya.
Selamat jalan Gai. Selamat berjumpa Ibu Aji.(Pai)