TARAKAN – Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof. Stella menyatakan apresiasi yang tinggi atas semangat dan riset-riset unggulan yang dikembangkan oleh Universitas Borneo Tarakan (UBT).
Kunjungan Prof. Stella ke Kampus UBT di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Sabtu (12/7/25) ini, juga turut dihadiri perwakilan pemerintah daerah, menandakan komitmen sinergi antara akademisi dan pemangku kebijakan.
“Sejak awal, ini baik sekali bahwa Pemda hadir juga di sini dan bisa langsung melihat riset, karena mungkin ini pertama kali melihatnya,” ujar Prof. Stella.
Ia sengaja mengajak Pemda dalam setiap kunjungannya ke perguruan tinggi, agar mereka dapat menyaksikan langsung begitu banyak riset luar biasa yang sangat berdampak bagi daerah.
“Saya harap ada bisa diteruskan ke Pak Wakil Gubernur, Pak Gubernur, Pak Sekda, agar segala sesuatu yang dilakukan di sini bisa langsung dimanfaatkan oleh Pemda. Ini sangat penting sekali,” tambahnya.
Prof. Stella secara khusus memberikan apresiasi luar biasa kepada UBT. Ia mengaku terkesan dengan riset-riset yang dikembangkan dan merasakan semangat yang membara di UBT untuk menjadi universitas yang berdampak bagi masyarakat sekitar.
“UBT ini kalau dalam umur universitas masih sangat-sangat muda sekali, tetapi arahnya ini saya sangat yakin sudah bagus,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Stella memaparkan fokus Kemendiktisaintek saat ini, terutama melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan. Salah satu poin penting adalah peningkatan anggaran dana untuk riset.
Ia menyampaikan kabar gembira mengenai selesainya proses seleksi Bima yang sangat kompetitif tahun ini, dengan sukses rate sekitar 30%.
Lebih lanjut, Prof. Stella mengumumkan akan diluncurkannya grand call atau panggilan proposal baru dalam waktu dekat.
“Kami sudah berhasil meningkatkan dana riset hampir dua kali lipat, ada tambahan 1,8 triliun untuk dana riset dari mitra kami LPDP yang diberikan Kemendiktisaintek yang kami salurkan langsung ke universitas-universitas,” jelasnya.
Menariknya, akan ada grand call khusus untuk hilirisasi produk riset. Dana ini bukan untuk melakukan riset hingga produk atau prototipe, melainkan untuk bagaimana prototipe yang sudah ada dapat ditingkatkan skalanya dan digunakan lebih luas, baik oleh Pemda, industri, maupun masyarakat.
Prof. Stella menyarankan UBT untuk menyusun strategi, misalnya dengan membentuk tim khusus dari Science Techno Park (STP) yang sudah ada, untuk mengajukan proposal dalam grand call ini.
Berbeda dengan Bima yang bersifat proposal terbuka, grand call yang akan datang ini akan bersifat proposal strategis. Prof. Stella menekankan pentingnya proposal yang menjawab kebutuhan strategis negara, terutama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Pertama adalah ketahanan pangan. Banyak sekali tadi yang disampaikan sangat berkaitan dengan ketahanan pangan, termasuk juga bukan saja teknologinya tetapi sosialisasinya kepada petani dan nelayan,” ujar Prof. Stella.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan ketahanan pangan akan menjadi fokus grand call khusus.
Selain itu, energi baru terbarukan juga akan menjadi prioritas. Prof. Stella menekankan bahwa proposal riset akan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan dana jika menjawab secara spesifik panggilan yang disajikan.
Poin ketiga yang menjadi fokus adalah rumput laut. Prof. Stella secara pribadi mengurusi riset rumput laut dan telah melakukan kunjungan ke berbagai lokasi, termasuk industri rumput laut terbesar di Tiongkok.
“Apindo sangat mengkhususkan klaster rumput laut dan kami pun di Kemendiktisaintek akan ada khusus grand cluster rumput laut,” katanya.
Ia telah meminta Rektor UBT untuk menyiapkan profil lengkap riset dan fasilitas rumput laut di UBT, agar dapat dihubungkan dengan industri-industri di bawah Apindo.
Prof. Stella menjelaskan paradigma kedua yang sedang digalakkan Kemendiktisaintek adalah menghubungkan secara sistematis pihak yang memiliki masalah atau kebutuhan yaitu Pemda, industri, pemerintah pusat dengan pihak yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, yaitu para peneliti di universitas.
Untuk mewujudkan hal ini, informasi mengenai riset-riset yang dilakukan oleh para peneliti sangat diperlukan. Prof. Stella menyoroti kurangnya diseminasi informasi ini.
“Saya pun sebagai wakil menteri tidak tahu hasil riset yang sudah di hasilkan UBT kalau saya tidak datang pada hari dan tidak meminta bahwa ada paparan mengenai riset,” ungkapnya.
Ia sangat menganjurkan UBT, di bawah pimpinan Rektor dan Wakil Rektor, untuk membentuk sistem di mana produk, hasil, dan pakar riset dapat diketahui secara jelas. Salah satunya dengan melakukan pembaruan berkala profil riset dan hasil riset di satu website, sehingga menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi bagi UBT.
“Agar Pemda nanti kalau mau lihat itu mudah, kami pun dari Kementerian kalau untuk menghubungkan dengan industri-industri ke Bapak/Ibu sekalian itu mudah,” harapnya.(Mt)