NUNUKAN, Fokusborneo.com – Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama dan terbaik bagi bayi serta tidak ternilai harganya. ASI dapat dikatakan sebagai fondasi dasar dalam melahirkan generasi emas dan menjadi modal utama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Untuk memperkokoh fondasi tersebut tidak hanya sebuah infrastruktur fisik saja, melainkan pemenuhan nutrisi yang baik sejak dini.
ASI memiliki berbagai manfaat bagi bayi, ibu, keluarga, dan negara. Namun, masih banyak tantangan dalam memberikan ASI eksklusif yang masih menjadi pekerjaan rumah besar seperti ASI tidak lancar keluar atau tidak keluar sama sekali, rasa nyeri, kepercayaan diri yang kurang, persepsi, tidak ada niat untuk menyusui, pengetahuan dan keterampilan menyusui kurang, tidak dilakukannya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kurangnya dukungan dan motivasi, sosial budaya, serta paparan informasi melalui media sosial.
Berdasarkan data Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI (2024), cakupan ASI eksklusif di Indonesia telah mencapai target nasional tahun 2023 sebesar 63.9%. Meskipun demikian, belum semua provinsi mencapai target nasional termasuk Kalimantan Utara (Kaltara) 45.5%.
Kaltara merupakan provinsi di Pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia. Wilayah perbatasan menjadi perhatian khususnya bagi kesehatan ibu dan anak.
Beberapa wilayah masih mengalami kesulitan dan keterbatasan akses informasi terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu Desa yang masuk dalam wilayah regional perbatasan adalah Desa Sungai Nyamuk.
Pilot Study, pada 29 ibu yang memiliki anak usia 0-3 tahun 24% tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini disebabkan persepsi ibu, menyusui membuat payudara kendor (31%), berat badan bertambah (45%), ASI tidak lancar segera mengganti susu formula (20.7%), pengetahuan 58.6%, dan self-efficacy 44.8%.
Ini dapat menjadi faktor penyebab dari kegagalan ASI ekskslusif. Hanya 57.1% pengetahuan kader baik dan belum semua memahami konsep ASI menyusui.
Berdasarkan hal tersebut, tim pemberdayaan berbasis masyarakat dari Universitas Borneo Tarakan yaitu Reza Bintangdari Johan, M.Keb., Cici Ismuniar, M.Psi., Psikolog, dan Nur Pangesti Apriliyana, M.Pd membuat kegiatan pemberdayaan berbasis masyarakat tentang “Implemenetasi Pemberdayaan Menyusui Melalui Peran Kampus ASI untuk Mewujudkan Genarasi Emas Indonesia di Desa Sungai Nyamuk Kabupaten Nunukan Wilayah Perbatasan Indonesia”.
Program yang dilaksankaan mendapatkan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Sesuai Kontrak Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2025.
Pemberdayaan berbasis masyarakat ini dilaksanakan di Desa Sungai Nyamuk sebagai mitra dalam kegiatan ini. “Saya Zulkifli, S. I.Kom selaku Kepala Desa Sungai Nyamuk mengucapakan terimakasih kepada tim PKM Kampus ASI Universitas Borneo Tarakan telah memilih Desa Sungai Nyamuk dalam implementasi Kampus ASI. Kami sangat mendukung dan senang kegiatan positif ini khususnya tentang kesehatan, pengetahuan bagi kami dan kader-kader kami tentang kedepannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta mendukung upaya ketercapaian ASI eksklusif di Desa kami ini,” ungkapnya.

Kampus ASI ini merupakan sebuah inovasi dalam intervensi kesehatan masyarakat yang melibatkan kader dalam kegiatannya untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif.
“Kampus ASI adalah pusat edukasi, informasi, pelatihan, dan penyuluhan bagi kader tentang ASI dan menyusui. Kampus ASI sebagai wadah integrasi bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya. Kampus ASI berisi ibu kader posyandu dan kelompok pendukung ibu menyusui yang dibawahi oleh kepala desa dan diketahui oleh Bidan Desa Sungai Nyamuk sebagai penanggungjawab. Belum ada kegiatan yang terfokus untuk pendampingan kader terutama dalam memahami konsep menyusui dan ASI secara fisiologis maupun psikologis serta penerapan dengan memanfaatkan media pembelajaran interaktif dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluhan merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang kader,” ungkap Reza Bintangdari Johan, M.Keb., selaku Ketua Tim PKM Kampus ASI.
Kegiatan ini bertujuan memberdayakan para kader posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. Selama ini, kader sering kali terkendala pengetahuan dan keterampilan yang kurang memadai, serta terbatasnya akses pada media edukasi yang interaktif.
Kader memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Desa. Kader memiliki kontribusi besar dalam membantu permasalahan gizi anak yaitu pemberian ASI eksklusif. Kader bekerja secara sukarela, ditunjuk dan diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat.
Harapannya kader dapat memberdayakan masyarakat dalam mendorong perilaku sehat dan mampu membantu memecahkan permasalahan menyusui yang ada di masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan menyusui melalui peran Kampus ASI diharapkan dapat membantu kader dalam meningkatkan pemahaman mereka tentang kebutuhan gizi khususnya ASI eksklusif dan menyusui.
“Kader dapat membagikan pengetahuan dan keterampilannya kepada ibu menyusui sehingga akan terbentuk kemandirian keluarga dan terwujudnya Desa sehat. Ini merupakan bagian dari kegiatan Kampus ASI dalam peningkatan kapasitas kader posyandu dalam mendukung keberhasilan menyusui”, jelasnya.
Pelaksanaan kegiatan Kampus ASI juga melibatkan Bidan Puskesmas Sungai Nyamuk yaitu Bidan Sarini, A.Md. Keb., selaku konselor ASI yang memberikan penjelasan tentang ASI dan menyusui.
Selain itu, kegiatan Kampus ASI tidak hanya terfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang menyusui saja melainkan juga menekankan peran kader dalam aspek psikologis untuk membangun kepercayaan diri dan menghadapi tantangan menyusui melalui psychological well-being yang di jelaskan oleh Cici Ismuniar, M.Psi., Psikolog selaku tim dalam PKM Kampus ASI ini dan seorang psikologi sosial.
“Psychological well-being bertujuan membantu kader mengenali tanda-tanda kesejahteraan psikologis (PWB) pada ibu menyusui lewat pengamatan perilaku sehari-hari, sehingga bisa memberikan dukungan tepat,” ungkapnya.
Kegiatan Kampus ASI ini juga memberikan workshop pengembangan media video interaktif edukasi melalui EduLak dan pembuatan buku saku digital MengASIhi agar promosi kesehatan lebih mernarik, mudah di terapkan dan dipahami oleh kader sehingga kader dapat mengimplementasikan kepada ibu menyusui yang di jelaskan oleh Nur Pangesti Apriliyana, M.Pd selaku tim dalam PKM kampus ASI.
“Pengembangan media interaktif edukasi melalui EduLak dan Pembuatan Buku Saku Digital MengASIhi bertujuan untuk memberikan informasi yang mudah dipahami dan praktik menyusui, menyediakan media Edukasi interaktif yang menarik pengetahuan masyarakat, dan membantu kader serta penyuluh kesehatan dalam menyampaikan edukasi berbasis visual dan narasi” jelasnya.
Pelaksanaan kampus ASI tidak hanya melibatkan dosen saja, melainkan juga melibatkan peran mahasiswa kebidanan Universitas Borneo Tarakan.
Kegiatan Kampus ASI ini tidak hanya meningkatkan kapasitas kader dan pengetahuannya saja, melainkan juga mendukung peencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan demikian kegiatan Kampus ASI di Desa Sungai Nyamuk menjadi sebuah ikon dan investasi penting dalam mewujudkan generasi emas Indonesia di wilayah perbatasan.(**)












Discussion about this post