TARAKAN – Polemik persoalan harga udang di Kota Tarakan, masih ramai dibicarakan masyarakat khususnya pembudidaya tambak udang. Persoalan tersebut, juga menjadi perhatian Anggota DPR RI dapil Kalimantan Utara (Kaltara) Deddy Sitorus.
Menurutnya, persoalan harga udang lebih banyak faktor dari luar yang berpengaruh. Makanya perlu pendekatan secara ekosistem mulai dari hulu sampai ke hilir.
“Kita berharap sebenarnya ini pendekatannya pendekatan ekosistem, artinya berbicara dari hulu ke hilir. Soal harga itu persoalan hilir, artinya persoalan hilir itu lebih banyak faktor eksternal yang berpengaruh. Faktor eksternal itu apa? Ya demand, supply,” kata Deddy Sitorus saat berkunjung kerja di Kota Tarakan pekan lalu.

Disarankan Deddy, seharusnya pemerintah melihat bahwa masyarakat di Kaltara ini sangat banyak yang bergantung hidupnya dengan budidaya udang, bandeng maupun yang lain. Jadi sudah seharusnya dipikirkan, supaya ada penyangga atau buffer terhadap konsumsi produk-produk para petambak tersebut.



“Jadi misalnya begini, kalau dia permintaan diluar lebih tinggi, harganya tentu tinggi. Tetapi ketika rendah, harus ada yang menjamin pasokan dengan harga tertentu itu terutama misalnya industri turunan atau membangun tujuan-tujuan ekspor atau pun produk-produk pengolahan turunan yang bisa menjaga ketika harga turun,” ujar politisi PDIP
Ditekankan Deddy, mengurai persoalan harga udang, pemerintah perlu memperbaiki ekosistemnya. Jika perlu membentuk BUMD.

“Pemprov bikin BUMD dong untuk menampung/menyangga atau membuat Cold Storage, jadi dengan sistem resi gudang. Sehingga ketika harga jatuh, udang bisa dibekukan sampai nanti harganya normal baru dijual kan ada sistem resi udang,” pesan Anggota Komisi 6 DPR RI.
Deddy berharap Pemprov banyak belajar tentang cara-cara seperti itu. Sebab harga udang merupakan persoalan kebijakan ekonomi dan kebijakan makro.(Mt)