TANJUNG SELOR, Fokusborneo.com Angka stunting di wilayah pelosok dan perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara) menjadi fokus utama Komisi IV DPRD.
Penanganan masalah gizi kronis ini didorong sebagai prioritas, melihat tantangan berat yang dihadapi keluarga di daerah minim akses.
Keterbatasan akses pangan bergizi, minimnya fasilitas kesehatan, dan kurangnya edukasi gizi bagi orang tua menjadi pemicu utama kondisi stunting di desa-desa perbatasan.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltara, Rahman, menegaskan solusi untuk stunting harus bersifat transformatif, melampaui bantuan makanan instan.
”Kita harus sadar, penanganan stunting tidak berhenti pada sekadar pembagian makanan tambahan. Yang dibutuhkan adalah intervensi yang benar-benar menyeluruh; ini butuh komitmen keluarga, sinergi tenaga kesehatan, dan dukungan komunitas agar dampaknya benar-benar terasa oleh anak-anak kita,” tegas Rahman, Selasa (9/12/25).
Rahman menambahkan kompleksitas akses di wilayah terpencil memerlukan inovasi, seperti layanan kesehatan dan posyandu mobile. Namun, inti dari keberhasilan program terletak pada pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
”Peluang anak-anak di perbatasan untuk tumbuh sehat akan terbuka lebar, asalkan keluarga diberikan pemahaman yang solid mengenai pola asuh dan nutrisi, diiringi akses yang memadai ke fasilitas medis,” jelasnya.
Komisi IV DPRD Kaltara mendorong agar penanganan stunting melibatkan kolaborasi lintas sektor yang kuat, serta rutin melakukan monitoring dan verifikasi data ibu hamil dan balita agar intervensi tidak salah sasaran.
”Jika program ini dilakukan dengan keseriusan penuh, intervensi stunting ini adalah investasi masa depan generasi di perbatasan. Ini akan secara langsung meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan menjadi pondasi bagi masyarakat yang lebih sejahtera,” pungkas Rahman.(*/mt)




















Discussion about this post