NUNUKAN, Fokusborneo.com – Sebuah ironi pahit terus mencekik denyut ekonomi masyarakat Krayan, Kabupaten Nunukan, mereka adalah Warga Negara Indonesia, tetapi urat nadi perdagangan mereka terpaksa berdetak mengikuti irama pasar Malaysia.
Anggota Komisi I DPRD Kaltara dan Ketua Fraksi PKS, H. Ladullah, membunyikan alarm keras atas kondisi ini. Ia menegaskan, ketergantungan ini bukanlah soal loyalitas, melainkan soal bertahan hidup.
”Kalau di Krayan tidak ada akses yang baik, masyarakat akan terus bergantung ke Malaysia. Harga memang lebih tinggi di sana, tapi itu hanya menunjukkan satu hal: Kita harus segera buka akses agar mereka bisa berjualan di dalam negeri,” tegas, Selasa (9/12/25).
Ladullah, menyoroti fakta produk lokal, mulai dari garam, padi, hingga nanas, terhambat oleh ongkos angkut yang mencekik jika dipasarkan di wilayah Indonesia sendiri.
Ketergantungan ini bersifat dua arah. Tak hanya hasil bumi yang menyeberang, tetapi juga kebutuhan pokok.
Politisi PKS ini menjelaskan sebagian besar kebutuhan sembako Krayan juga dipasok dari Malaysia. Ini adalah cerminan kegagalan rantai distribusi domestik menjangkau perbatasan sendiri.
”Kalau misalnya di Krayan tidak ada barang dari sini, akan sulit juga. Mereka bergantung dari Malaysia karena akses ke Indonesia memang terbatas,” ujarnya.
Ladullah menegaskan solusi tunggal dan strategis adalah pembangunan infrastruktur masif, terutama jembatan penghubung dan perbaikan jalan. Inilah kunci untuk memotong ‘tali pusar’ ekonomi dengan negara tetangga.
”Pak Gubernur sudah mendorong pembangunan jembatan. Kalau sudah jadi, masyarakat pasti mau berjualan di sini, bukan ke Malaysia lagi. Itu langkah bagus untuk menghubungkan rantai distribusi dan menangkap keluhan masyarakat,” jelas Legislator dari Nunukan.
Ladullah, yang baru saja menghabiskan waktu seminggu di Krayan, merasakan langsung beratnya beban yang ditanggung warga.
”Memang berat, ada hasil pertanian, tapi susah mencari pasar. Ongkos angkut tinggi, sehingga menjual ke Indonesia sulit. Kalau ke Malaysia lebih mudah karena bisa pakai mobil,” keluhnya.
Dengan langkah pembangunan yang tepat, diharapkan hasil pertanian Krayan termasuk nanasnya yang terkenal manis bisa membanjiri pasar domestik. Ini bukan hanya tentang menaikkan pendapatan petani, tetapi juga tentang menegaskan kemandirian ekonomi Indonesia di garis terdepan.
”Ini salah satu cara agar warga Krayan lebih sejahtera dan produk unggulan mereka bisa dikenal di dalam negeri, bukan hanya di Negeri Jiran,” tutupnya
Ia mendesak agar anggaran daerah diprioritaskan untuk memutus ketergantungan yang sudah terlanjur akut ini.(**)




















Discussion about this post