TARAKAN, Fokusborneo.com – Setelah akses jalan mulus terealisasi, warga RT 10 Kelurahan Pantai Amal kini mendesak prioritas pada betonisasi jembatan penghubung yang kondisinya kian lapuk.
Jembatan permanen ini sangat krusial karena merupakan urat nadi bagi mayoritas warga yang bekerja sebagai petani rumput laut.
Warga setempat berharap, jembatan beton akan memungkinkan mobil truk pengangkut rumput laut bisa masuk hingga ke pesisir, tidak lagi hanya berhenti di dekat jembatan seperti kondisi saat ini.
Hal ini penting mengingat kontribusi ekonomi wilayah ini cukup tinggi, dengan panen yang bisa mencapai 100 ton per minggu.
Seorang warga, Andi Cahruddin, menceritakan bahwa jembatan yang ada saat ini merupakan hasil swadaya warga sekitar tiga tahun lalu.
”Jembatan ini dulu enggak ada. Kami putar jauh. Terus warga inisiatif, iuran, gotong royong bangun pakai kayu seadanya,” ujar Cahruddin.
Namun, jembatan kayu yang dibangun secara gotong royong itu kini menimbulkan kekhawatiran.
”Kayunya sekarang sudah lapuk, berlubang di mana-mana. Kami cemas soal kekuatan jembatan ini karena sudah dipakai bertahun-tahun. Kami sangat berharap DPRD bisa memperjuangkan ini agar selesai sebelum 2025. Kalau tahun depan dapat, itu sangat alhamdulillah,” ujarnya.
Menanggapi keluhan mendesak ini, Anggota DPRD Tarakan, Asrin R Saleh, memastikan aspirasi terkait betonisasi jembatan tersebut telah ia dengar dan menjadi fokus utama di wilayah tersebut.
”Jembatan ini juga sudah jadi keluhan utama yang diminta diperbaiki. Saya sampaikan kepada warga RT 10, apa pun yang menjadi aspirasi, InsyaAllah akan kami tampung dan tindak lanjuti,” tegas Asrin R Saleh.
Meskipun beberapa kegiatan lain seperti semenisasi jalan dan drainase telah terealisasi di Kelurahan Pantai Amal, Asrin berjanji akan segera meneruskan keluhan jembatan ini kepada Pemerintah Kota untuk mendapat penganggaran.
”Warga diharap bersabar menanti prosesnya,” tutupnya.(**)
Discussion about this post