BALIKPAPAN, Fokusborneo.com – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan terus menguatkan peran keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak. Salah satu fokus yang kini digencarkan adalah penerapan pola asuh positif yang menekankan komunikasi terbuka, penghargaan terhadap anak, dan pembentukan karakter tanpa kekerasan.
Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan, Umar Adi, mengataka pola asuh di era modern menuntut orangtua untuk lebih adaptif terhadap perubahan sosial dan perkembangan psikologis anak.
Banyak orangtua, katanya, masih menggunakan pendekatan lama yang bersifat satu arah, menuntut kepatuhan tanpa ruang dialog, padahal anak masa kini tumbuh dalam lingkungan yang jauh lebih dinamis dan kritis.
“Anak zaman sekarang menghadapi tantangan berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka hidup di era digital, punya banyak sumber informasi, dan lebih cepat menyerap pengaruh lingkungan. Karena itu, mereka perlu didengar, dihargai, dan dilibatkan dalam proses belajar kehidupan,” ujar Umar, Senin (13/10/2025).
Ia menjelaskan, pola asuh positif bukan berarti memberi kebebasan tanpa batas atau memanjakan anak, tetapi mengajarkan tanggung jawab, kejujuran, serta kemampuan mengelola emosi. Orangtua diharapkan menjadi teladan dan teman belajar bagi anak, bukan sekadar sosok yang memberi perintah atau hukuman.
“Ketika orangtua tenang, anak belajar menenangkan diri. Tapi kalau orangtua mudah marah, anak juga belajar bahwa kemarahan adalah cara menyelesaikan masalah. Jadi, keteladanan jauh lebih kuat daripada nasihat panjang,” tegasnya.
Menurut Umar, komunikasi yang sehat merupakan inti dari pengasuhan positif. Ia menekankan pentingnya mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan arahan tanpa ancaman, dan menegakkan disiplin dengan kasih sayang.
Cara itu diyakini efektif membangun kepercayaan antara orangtua dan anak serta membantu anak tumbuh dengan rasa aman dan percaya diri.
Selain itu, DP3AKB juga menilai pentingnya pendidikan seksual sejak dini sebagai bagian dari perlindungan anak. Umar menyebut, masih banyak orangtua yang menganggap pembicaraan tentang tubuh dan privasi sebagai hal tabu, padahal pemahaman dasar ini justru sangat penting untuk mencegah kekerasan dan pelecehan seksual.
“Pendidikan seksual bukan mengajarkan soal aktivitas seksual, tapi mengenalkan anak pada tubuhnya, hak privasi, dan kemampuan untuk berkata ‘tidak’ ketika merasa tidak nyaman. Ini adalah bentuk perlindungan diri yang harus ditanamkan sejak kecil,” jelasnya.
Dalam upaya memperluas pemahaman ini, DP3AKB Balikpapan terus menggelar berbagai kegiatan seperti sosialisasi pengasuhan, pelatihan parenting, dan kampanye keluarga ramah anak. Program ini melibatkan sekolah, lembaga masyarakat, dan komunitas lokal agar pesan pengasuhan positif dapat menjangkau lebih banyak keluarga di seluruh wilayah kota.
Menurut Umar, peran orangtua dalam membentuk karakter anak sangat menentukan arah masa depan bangsa. Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang dan komunikasi terbuka akan memiliki daya tahan emosional yang kuat, kemampuan berpikir kritis, serta rasa empati terhadap orang lain.
“Pengasuhan yang baik adalah investasi jangka panjang. Hasilnya memang tidak instan, tapi dampaknya akan terasa hingga mereka dewasa. Orangtua perlu fokus pada dukungan, bukan tekanan. Dengan begitu, anak tumbuh bahagia, berdaya, dan mampu menghadapi dunia dengan percaya diri,” tutupnya. (*)
Discussion about this post