TANA TIDUNG – Dalam acara Lokarya penyampaian Laporan Hasil Program Perencanaan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar, Bupati Tana Tidung Ibrahim Ali menegaskan untuk setiap Desa wajib mempunyai taman baca untuk mendukung adanya gerakan budaya membaca. Program itu nantinya akan dimasukkan dalam program pembangunan Desa Mandiri, Kamis (6/5/2021).
“Karena di Desa mandiri harus ada. Tahun ini target kita sekitar 32 Desa dan kurang lebih penduduk Tana Tidung 25 ribu,†ujar Ibrahim Ali.
Untuk mendukung program itu, kata dia, Pemda Tana Tidung akan menggandeng komunitas atau penggiat rumah baca untuk bersinergi bersama. Ia pun mengatakan, alasan dirinya membangun rumah baca di taman-taman kota Di Tana Tidung
“Obsesi saya waktu itu, orang ke taman, lalu sambil membaca dan bermain. Makanya kalau saya ke sekolah, yang saya nilai kepala sekolahnya, kedua WC dan perpustakaan. Kalau dua ini rusak maka rusaklah semua,†ungkapnya.
Ia pun mendukung jika ada upaya dari penggiat rumah baca menjadikan tempat-tempat yang tidak dihuni sebagai perpustakaan. Seperti bekas Polsek lama disulap jadi perpustakaan itu artinya sudah ada kesadaran dari kalangan masyarakat.
“Waktu itu satu tahun banyak pembelian buku tapi tidak jelas bukunya apa, kajiannya apa. Jadi penggiat rumah baca harus memberikan masukan ke Pemda,” tegasnya.
Ibrahim Ali menegaskan, dalam program Desa Mandiri itu minimal di setiap desa ada satu rumah baca. Bisa didapatkan dari kerjasama CSR yang ada di Desa tersebut, karena jika ada CSR di suatu Desa maka Desa tersebut seharusnya menjadi desa maju.
“Jangankan jadi Desa Mandiri, Desa Maju saja tidak. Bukit ditambang tetapi Desa miskin, infrastruktur tak ada. Saya akan berupaya semua yang mengambil manfaat dari kawasan itu dia harus memberi timbal balik,†tutur dia.
Dalam melancarkan program ini, dirinya juga memiliki berbagai cara seperti merevitalisasi bangunan lama. Bisa juga melekat di bangunan lain. Misalnya dalam Desa Mandiri wajib memiliki Balai Desa, posyandu, dan PAUD. Bangunan-bangunan ini bisa dimanfaatkan sebagai taman baca pada waktu sorenya.
“Tahap awal tidak harus rumah baca. Tapi kita bisa memanfaatkan bangunan yang sudah ada dan dikondisikan. Jadi anak-anak yang di pedesaan itu punya wawasan yang luas,†pungkasnya. (her/iik)