BALIKPAPAN,Fokusborneo.com – Pemerintah Kota Balikpapan terus berupaya mencari solusi atas permasalahan sampah yang kian kompleks. Selain membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga menaruh perhatian besar pada penguatan bank sampah di tingkat kelurahan dan kecamatan.
Hingga saat ini, jumlah bank sampah aktif di Balikpapan baru mencapai 106 unit. Padahal, kebutuhan ideal setidaknya 210 unit agar setiap kelurahan memiliki enam bank sampah, ditambah enam unit induk di tingkat kecamatan.
“Kalau jumlahnya cukup, bank sampah bisa menjangkau lebih banyak warga. Dampaknya bukan hanya pengurangan volume sampah, tapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari rumah,” kata Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, Jumat (22/8/25).
Nilai Ekonomi dari Sampah
Menurut Sudirman, keberadaan bank sampah memberikan manfaat ganda. Selain membantu mengurangi timbunan sampah, juga memberi nilai ekonomi bagi masyarakat. Warga bisa menabung dengan menyetor sampah yang sudah dipilah, mulai dari plastik, kertas, hingga logam.
“Dengan konsep ini, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan finansial. Jadi ada motivasi lebih untuk disiplin dalam memilah sampah,” jelasnya.
Ia menambahkan, sistem bank sampah bukan sekadar mengurangi beban TPA, tetapi juga bisa membuka peluang usaha baru, seperti kerajinan dari limbah, pembuatan kompos, hingga bahan baku daur ulang industri.
Peran RT dan Kelurahan
Meski pemerintah menyediakan fasilitas, Sudirman menegaskan bahwa kunci keberhasilan tetap ada di tangan masyarakat. Sampah harus dipilah sejak dari rumah agar lebih mudah diolah di bank sampah maupun TPST.
“Yang paling berperan sebenarnya RT dan kelurahan. Kalau warga disiplin, maka volume sampah yang masuk ke TPA bisa berkurang drastis,” ujarnya.
DLH pun mendorong peran aktif camat, lurah, hingga tokoh masyarakat dalam menggerakkan warga. Menurut Sudirman, dukungan pengelolaan bank sampah tidak selalu harus bersumber dari pemerintah.
“Bisa juga melalui CSR perusahaan, APBD, bahkan swadaya masyarakat. Yang penting ada kepedulian bersama,” tambahnya.
Budaya Baru untuk Balikpapan
Balikpapan dikenal sebagai salah satu kota dengan komitmen lingkungan tinggi. Berbagai penghargaan Adipura telah diraih berkat kerja sama pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kebersihan kota. Namun, dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi, tantangan pengelolaan sampah akan semakin berat.
“Kalau masyarakat aktif memilah sampah dan rutin memanfaatkan bank sampah, target pengurangan 50 persen bisa segera tercapai. Pada akhirnya, ini bukan hanya soal memenuhi target nasional, tetapi juga menjaga kualitas hidup, kesehatan, dan lingkungan Balikpapan,” tegas Sudirman.
Ia berharap, budaya memilah sampah bisa menjadi kebiasaan baru di setiap rumah tangga. Dengan begitu, keberadaan bank sampah tidak hanya menjadi proyek pemerintah, tetapi benar-benar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat kota.
“Balikpapan sudah punya modal kuat sebagai kota hijau. Tinggal bagaimana kita bersama-sama menjaganya lewat langkah nyata, dimulai dari rumah masing-masing,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post