TARAKAN, Fokusborneo.com – Kekeringan dan curah hujan yang fluktuatif membuat kebutuhan pembangunan embung baru di Tarakan menjadi mendesak. Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan V mempersiapkan rencana tambahan enam embung untuk memastikan ketersediaan air baku bagi warga hingga puluhan tahun mendatang.
Kepala BWS Kalimantan V Tanjung Selor, Mustafa S.ST., M.T., menekankan Tarakan menghadapi keterbatasan sumber air bersih karena air tanah tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan sungai-sungai di Tarakan yang merupakan pulau ini relatif pendek.
Kondisi tersebut membuat pembangunan embung menjadi langkah strategis untuk menampung air hujan, sehingga pasokan air minum tetap tersedia sepanjang tahun, terutama di musim kemarau.
“Sumber air dalam di Tarakan masuk zona merah. Sungai-sungai pendek membuat kita harus menampung air saat musim hujan. Embung menjadi solusi untuk menjaga pasokan air tetap tersedia, terutama di utara kota dan daerah berkembang seperti Juata Laut. Termasuk wilayah pabrik kertas dan perumahan yang terus berkembang,” ujar Mustafa.
Mustafa menjelaskan rencana pembangunan embung melibatkan kolaborasi erat dengan Pemerintah Kota Tarakan. Proses ini meliputi pembebasan lahan, desain teknis, hingga integrasi dengan sistem distribusi air PDAM.
Setiap embung yang dibangun akan menampung ratusan ribu meter kubik air, sehingga mampu mendukung kebutuhan air baku warga dan industri lokal.
“Untuk embung Maya kemudian Binalatung I dan II, kami memerlukan sekitar 10–15 hektare lahan. Setelah lahan siap, kami bisa langsung melakukan desain teknis dan pengusulan anggaran. Ini penting agar kapasitas air yang kita sediakan mencapai sekitar 900 liter per detik, cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk hingga 2045,” katanya.
Menurut Mustafa, saat ini Tarakan memiliki beberapa embung dan sumber air lain, seperti Rawasari, Bengawan, Andulung, dan Persemaian, dengan total kapasitas sekitar 600 liter per detik. Namun, pada musim kemarau panjang, pasokan air bisa cepat menipis.
Hal ini menjadi salah satu alasan BWS menyiapkan tambahan embung agar tidak terjadi kekurangan air yang berdampak pada warga maupun industri.
“Sekarang kapasitas masih cukup, tapi kalau hujan tidak turun selama empat hingga lima hari, pasokan air mulai terasa menipis. Embung tambahan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Kita harus memikirkan kebutuhan air hingga beberapa dekade ke depan,” jelas Mustafa.
Ia menambahkan, pembangunan embung tidak hanya berfokus pada kapasitas, tetapi juga lokasi strategis yang terintegrasi dengan perencanaan tata ruang kota dan potensi pertumbuhan penduduk. Semua embung yang direncanakan akan terhubung dengan sistem reservoar, selanjutnya disalurkan melalui jaringan PDAM ke sambungan rumah tangga.
“Sinkronisasi dengan Pemkot dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sangat penting. Kami mempersiapkan air baku dari sumbernya, kemudian disalurkan ke reservoar, dan dari reservoar ke rumah warga melalui PDAM. Ini memastikan distribusi air berjalan lancar dan efisien,” ungkap Mustafa.
Rencana pembangunan enam embung tambahan ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk menjaga ketahanan air di Tarakan. Mustafa menekankan bahwa langkah ini akan mendukung pemenuhan kebutuhan dasar warga, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi risiko kekeringan di masa mendatang.
“Ini bagian dari perencanaan jangka panjang. BWS menyiapkan potensi, Pemkot menyiapkan lahan, dan setelah desain serta anggaran siap, pembangunan bisa segera dilakukan. Kita ingin Tarakan memiliki pasokan air yang stabil dan berkelanjutan,” pungkas Mustafa. (**)
Discussion about this post