BALIKPAPAN, Fokusborneo.com – Inovasi teknologi tepat guna kembali lahir dari Politeknik Negeri Balikpapan (Poltekba). Kali ini, lembaga pendidikan tinggi vokasi ini memperkenalkan alat pencacah pakan ikan bertenaga surya yang diharapkan mampu mengurangi ketergantungan petani pada pakan pabrikan dan menekan biaya produksi.
Uji coba alat dilakukan dengan melibatkan tim review internal Poltekba dan mitra petani budidaya ikan air tawar binaan Care ID.
Budidaya ikan air tawar selama ini menjadi sektor strategis dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat.
Namun, tingginya biaya pakan yang bisa mencapai lebih dari 60 persen total biaya produksi menjadi tantangan tersendiri bagi petani.
Melihat kondisi ini, Poltekba melalui program penelitian dan pengabdian masyarakat mencoba menawarkan solusi inovatif berbasis energi terbarukan.
Ketua Kelompok Petani Budidaya Ikan, Usman, menuturkan alat pencacah pakan ini menjadi jawaban atas kebutuhan mereka.
“Dengan alat ini, kami bisa membuat pakan sendiri dan mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan. Biaya produksi menjadi lebih efisien, dan hasil panen bisa lebih optimal,” ujarnya.
Bagi Usman dan petani lainnya, alat ini tidak hanya sekadar inovasi teknis. Alat ini dirancang untuk memanfaatkan tenaga surya sepenuhnya.
“Ini adalah bentuk dukungan nyata bagi kami. Kami bisa lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan pada pakan mahal. Kami juga belajar cara memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal,” ujarnya.
Koordinator pengembangan alat, Aryati Muhaymin, menjelaskan, alat dapat digunakan sepanjang hari selama kondisi cahaya mencukupi.
“Ini tidak hanya menghemat listrik, tapi juga mendukung praktik budidaya yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Menurut Aryati, teknologi ini memungkinkan petani mengolah bahan baku lokal, seperti limbah sayuran, dedak, dan ikan kecil, menjadi pakan berkualitas tinggi.
Selain efisiensi biaya, penggunaan energi surya juga menjadi langkah penting dalam mendukung pengurangan emisi karbon dan mempromosikan energi terbarukan.
“Dengan demikian, inovasi ini diharapkan menjadi model teknologi hijau yang dapat diterapkan di daerah lain, bukan hanya di Balikpapan,” tambah Aryati.
Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekba, Hadiyanto, menekankan alat ini merupakan tahap awal dari rangkaian inovasi teknologi yang lebih luas untuk sektor perikanan.
“Ke depan, kami berencana menyempurnakan desain agar bisa diproduksi massal dan diakses lebih banyak petani. Kami ingin memastikan teknologi ini benar-benar bermanfaat dan meningkatkan kemandirian ekonomi petani,” katanya.
Uji coba ini juga menjadi momen penting bagi Poltekba untuk mengukur efektivitas alat dalam kondisi nyata. Tim peneliti melakukan evaluasi kinerja alat, mulai dari kapasitas pencacahan, kualitas pakan yang dihasilkan, hingga kemudahan penggunaan bagi petani.
Hasil evaluasi awal menunjukkan bahwa alat mampu mencacah bahan baku menjadi pakan yang seragam, mudah dicerna ikan, dan meminimalkan limbah.
Dengan hadirnya teknologi ini, Poltekba berharap akan muncul lebih banyak kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam pengembangan alat budidaya ramah lingkungan.
“Jadi, selain meningkatkan produktivitas, inovasi ini diharapkan dapat menumbuhkan budaya kemandirian dan keberlanjutan dalam sektor perikanan air tawar di Kalimantan Timur,” tandasnya. (oc)














Discussion about this post