BALIKPAPAN, Fokusborneo.com — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan semakin gencar memperkuat edukasi pemilahan sampah dari rumah tangga seiring dengan kondisi kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar yang kian menipis.
Kabid Tata Lingkungan dan Perlindungan SDA, Afrrizal, menegaskan pemilahan sampah menjadi langkah paling krusial untuk menekan volume sampah yang masuk ke TPA dan memperpanjang umur operasionalnya.
“Prioritas kami sekarang adalah pemilahan dari sumber. Kalau masyarakat memilah, yang masuk ke TPA benar-benar hanya residu. Dengan begitu, umur TPA bisa bertahan lebih lama dan beban pengelolaan menjadi lebih terkendali,” ujar Afrrizal, pada Selasa (2/12/2025).
Ia menjelaskan sampah organik seharusnya tidak lagi dibuang ke TPS, melainkan dikelola di rumah melalui komposter, lubang biopori, atau metode pengolahan mandiri lainnya. Sementara itu, sampah anorganik diarahkan untuk masuk ke bank sampah yang kini sudah tersebar di hampir semua kelurahan.
“Organik bisa diolah sendiri, anorganik masuk bank sampah. Yang ke TPA hanya yang tidak bisa dimanfaatkan sama sekali. Itu konsep ideal yang terus kami dorong kepada masyarakat,” tegasnya.
DLH juga mendorong penerapan teknologi pengolahan sampah untuk mengurangi tekanan terhadap TPA. Beberapa opsi teknologi tengah dijajaki, termasuk pirolisis, Refuse-Derived Fuel (RDF), hingga Solid Recovered Fuel (SRF).
Teknologi-teknologi ini dinilai mampu mengurangi volume sampah secara signifikan sekaligus memberikan nilai tambah berupa energi alternatif.
Afrrizal menekankan, meskipun teknologi bisa membantu, keberhasilan pengelolaan sampah tetap bergantung pada partisipasi warga.
“Teknologi bisa mempercepat pengolahan, tapi perilaku masyarakat tetap menjadi kunci. Kalau pemilahan berjalan di semua rumah, kondisi TPA bisa jauh lebih terkendali dan lingkungan kota menjadi lebih bersih,” ujarnya.
Selain edukasi pemilahan, DLH aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi melalui program bank sampah, komunitas peduli lingkungan, dan kampanye Zero Waste di berbagai kelurahan.
Program-program ini telah terbukti menurunkan produksi sampah hingga ratusan ton per hari, terutama dari sektor rumah tangga.
“Penting bagi warga memahami bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Partisipasi aktif masyarakat dalam memilah, mengolah, dan mengurangi sampah sehari-hari sangat menentukan keberhasilan strategi ini,” tambah Afrrizal.
DLH berharap, dukungan dari pemerintah pusat, swasta, serta lembaga pendidikan terus mengalir agar inovasi pengolahan sampah dapat segera diterapkan lebih luas. Sementara itu, edukasi dan penguatan pemilahan sampah tetap menjadi agenda utama untuk menjaga keberlanjutan lingkungan Kota Balikpapan.
“Kalau kita semua disiplin memilah sampah sejak awal, tekanan terhadap TPA bisa berkurang drastis. Ini langkah kecil dengan dampak besar bagi masa depan lingkungan kota,” pungkas Afrrizal. (oc)















Discussion about this post