YOGYAKARTA – Adanya perang dagang antara negara Amerika Serikat dengan China berdampak pada penurunan jumlah ekspor batubara dari Provinsi Kalimantan Utara ke beberapa negara tujuan. Akibatnya pertumbuhan ekonomi di Kaltara sedikit terganggu.
Meskipun jumlah ekspor batubara lesu, pertumbuhan ekonomi di Kaltara masih tinggi. Sebab masih ada sektor lain yang ikut menyumbang pertumbuhan ekonomi di Kaltara yaitu konstruksi.
“Potensi pertumbuhan ekonomi di Kaltara tinggi sangat dimungkinkan sebab banyak sektor-sektor yang belum dioptimalkan. Jika dioptimalkan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi lagi,†ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Utara Hendrik Sudaryanto saat memberikan paparan pada acara Capacity Building wartawan ekonomi dan bisnis Kaltara di Yogyakarta, Sabtu (09/11/20).
Pertumbuhan ekonomi Kaltara triwulan III 2019 masih didominasi sektor primer. Lapangan usaha pertambangan dan pertanian masih memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi Kaltara.
“Komoditas unggulan ekspor semua ada di Kaltara terutama batubara yang menyumbang total perekonomian cukup besar hampir sepertiga. Kalau harga batubara anjlok pasti pertumbuhan ekonomi akan turun di Kaltara dengan asumsi sektor lainnya tidak digerakkan,†bebernya.
Dari data BPS Kaltara batubara menempati urutan pertama dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi di kaltara mencapai 25,9 persen. Ditempat kedua pertanian 16,1 persen. Ketiga Konstruksi menyumbang 13,9 persen. Sedangkan tempat ke empat dan lima diduduki perdagangan 12,3 persen dan industri pengolahan 9,2 persen.
“Konstruksi masih menolong pertumbuhan ekonomi di Kaltara karena sebagai daerah baru daerah perbatasan sampai 5 tahun kedepan konstruksi masih akan menyumbang pertumbuhan ekonomi berbeda dengan daerah lainnya. Kaltara sebagai daerah baru banyak pembangunan yang masih dikerjakan seperti jalan dan bangunan,†jelasnya.
Kaltara sebagai daerah perbatasan konstruksi menjadi penyumbang 3 besar pertumbuhan ekonominya. Seharusnya yang bisa menjadi penyumbang perdagangan dan Industri pengolahan hanya saja belum dimaksimalkan.
“Kalau industri pengolahan, perdagangan, perhotelan dan restoran dioptimalkan lama-lama akan mengurangi porsi batubara. Sebab batubara makin lama akan habis dan hampir 50 persen perekonomian di Kalimantan disumbang oleh Kaltim yang menghasilkan batubara paling banyak sebab berpengaruh porsi PBRD batubara ini paling besar,†terangnya.
Pertumbuhan ekonomi di Kaltara triwulan III 2019 mencapai 6,53 persen turun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,87 persen. Peningkatan ekonomi Kaltara 2019 diperkirakan akan terjadi hingga akhir tahun ditopang oleh tingginya kinerja konstruksi dan masih baiknya ekspor komoditas utama Kaltara.
“Melihat kondisi itu dengan inflasi stabil dibawah target yang ditetapkan perekonomian harus perlu didorong tergantung dari sisi mana investasi atau ekspor. Makanya ada ruang untuk menurunkan suku bunga BI 7-Day Reverse Report Rate turun menjadi 5 persen untuk menyikapi dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui dari sistem permintaan maupun penawaran,†tutupnya. (spo/aii)