TARAKAN – Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai hari batik nasional. Batik bukan hanya warisan bangsa Indonesia namun sudah menjadi warisan dunia yang diakui oleh Unesco.
Anto Gondrong salah satu pembatik Tarakan berharap, kedepannya semoga warisan leluhur yang sudah diwariskan ini jangan sampai punah.
“Jangan sampai berhenti disini, jadi ada ketersinambungan antara generasi yang baru dengan generasi yang akan datang,†tuturnya, Jum’at (2/10/2020).
Khusus pembatik di Tarakan saat ini ada sekitar 4 kelompok, saat ini sudah mulai berkembang. “Ada diantara yang sudah saya latih di tempat lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tarakan juga sudah berkembang jadi ada sekitar 7 kelompok yang mulai berkembang untuk di Tarakan sendiri,†katanya.
Anto Gondrong mengatakan, peminat batik untuk saat ini sebagai IKM batik harus bisa mengetahui pasar, apakah ini batik untuk anak-anak, dewasa, untuk orang tua.
“Jadi kita bisa menyesuaikan, mungkin kaum milenial juga perlu batik tapi yang mungkin warnanya tidak seperti warna yang untuk orang tua. sedangkan untuk orang tua juga memiliki warna sendiri yang tidak bisa digolongkan dengan anak-anak milenial,†ucapnya.
Untuk kesulitan IKM batik khususnya di Tarakan, saat ini memang dipengiriman bahan baku, dan saat ini pengerajin mengalami proses keterlambatan bahan baku setiap saat.
Terkait dengan peminat batik saat ini sudah mulai membaik, “Alhamdulillah untuk saat ini di pemkot Tarakan mulai peduli, mulai memasyarakatkan batik untuk selalu memakai batik khas daerah masing-masing,†sambungnya.
Anto Gondrong menambahkan, jadi untuk saat ini pengerajin salut kepada pemkot Tarakan yang sudah peduli pada IKM batik yang mulai berkembang di wilayah Tarakan. IKM juga sering dilibatkan dalam pembuatan baju batik atau seragam batik untuk ASN. (wic/iik)
