Sebenarnya jadwal reses di Long Lejuh pagi. Tapi rombongan reses Anggota DPRD Provinsi Kaltara, Albertinus Stefanus Marianus tidak bisa tepat waktu. Sebab, perjalanan sangat sulit. Mau telepon tidak ada jaringan. Jadinya, warga setempat hanya bisa menunggu.
Speedboat kami bergerak menuju desa Long Lejuh pukul 18.30. Cuaca mulai gelap. Bukit-bukit sepanjang sungai masih terlihat. Pemandangannya sungguh eksotis.
Kami menggunakan dua speed boat. Saya bersama Purani Jaui anggota DPRD Bulungan, Cinthya Margareta putri Albert. Lantas Deddy Sinaga, Robin dan motoris.
Setengah perjalanan hari mulai gelap. Penerangan hanya mengandalkan senter yang terikat di kepala motoris. Tidak selalu melihat kedepan. Motoris harus menoleh ke kiri dan ke kanan. Kadang mendongak ke atas. Dia harus memastikan di depan tidak ada batu. Juga jangan sampai menabrak daratan.
Nah ini momen yang paling menegangkan. Arus semakin deras. Sesekali motoris menurunkan gas, karena memasuki area giram. Makanya sepanjang perjalanan dia tidak hanya duduk manis. Beberapa kali Ia berdiri. Duduk lantas setengah jongkok.
Speedboat terhempas ke kiri dan kanan. Bukan hanya giram, tapi akibat pusaran air. Perjalanan ini seperti naik roller coaster. Saat lihat ke atas, hanya tampak bulan sabit. Itu pun tertutup awan tebal. Cahayanya tak bisa menerangi hulu sungai Kayan. Gelap gulita. Hanya lampu senter yang menjadi petunjuk.
Purani menenangkan saya yang mulai gelisah. “Tenang Pai sebentar lagi sampai,” ujarnya sambil menepuk dengkul saya. “Motorisnya sudah hafal jalan,” tambahnya lagi.
Sejujurnya, usaha Purani itu tidak mempan. Jantung saya masih berdegup kencang. Wajar. Hulu Sungai Kayan ini terkenal ganas. Airnya tidak bisa diprediksi. Bisa saja tiba-tiba air bah menyapu sungai, karena di hulu sedang hujan lebat.
Sebenarnya, saya pernah menyusuri giram sungai Kayan tahun 2007. Tapi siang hari. Itu pun pakai long boat kayu yang besar dan panjang. Rasa takut teralihkan dengan pemandangan yang indah. Batu-batu besar segede rumah. Walau pun tetap ada rasa takut.
Nah, yang ini berbeda. Pemandangan hanya gelap gulita. Sesekali hanya lihat buih putih arus sungai. Sisanya menyerahkan peruntungan pada motoris. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat lampu. Tanpa sadar saya mengakat tangan tinggi-tinggi. Seperti Valntino Rossi finis di Sirkuit Mandalika. Yah, lampu itu penanda Desa Long Lejuh tujuan kami. Perjalan itu terasa lama sekali. Padahal cuma satu jam.
Speed boat merapat. Kami melompat ke darat. Di dermaga sederhana, beberapa orang menjemput kami. Bergegas menuju balai pertemuan Long Lejuh. Masih sepi. Menurut panitia reses, sampai dua kali warga berkumpul. Yang ditunggu tidak kunjung datang.
Albert minta maaf, tidak bisa datang sesuai jadwal. Perjalanan dari desa Long Lian ke Long Peso tidak bisa diprediksi. Tapi warga mahfum. Selama belum ada akses jalan dan jaringan komunikasi, yang dilakukan hanya bersabar.
Malam itu, balai pertemuan penuh. Satu persatu warga menyampaikan keluhan. Mereka memprioritaskan jalan dan sarana komunikasi.
“Kami disini mayoritas petani. Tapi mau dijual kemana selama tidak ada jalan. Tak mungkin lewat sungai. Biayanya mahal sekali,” ujar Mathias Sekretaris Desa Long Lejuh.
Hampir sama dengan Rudi Laring wakil ketua adat. Ia mengaku kesal karena hanya dijanji-janji saja. “Bayangkan kalau ada orang sakit, harus dibawa ke Tanjung Selor. Hanya lewat sungai. Biayanya mahal sekali uang dari mana,” keluhnya kesal.
Giliran Albert bicara. Kini nada suaranya meninggi. Politisi PDI Perjuangan ini sambil mengacung-acungkan jari ke langit.
“Saya mengajak seluruh warga Long Lejuh kompak. Kita sama-sama berjuang. Penderitaan ini sudah terlalu lama. Bapak dan ibu tinggal tunggu komando saya,” tegas Albert berapi-api.
Kehadiran Albert membuat warga optimis. Mereka kini punya harapan. Yang selama ini hanya bisa bersabar dan bersabar.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.30. Saatnya kembali ke Long Peso. Dan saatnya senam jantung. Perjalanan pulang ini memang lebih cepat. Sebab ikut arus sungai. Sekitar 30 menit kami tiba di Long Peso. Istirahat. Keesokan harinya tiga titik reses sudah menunggu. (bersambung)
Discussion about this post