Kami take off dari Bandara Kolonel RA Bessing Kabupaten Malinau pukul 08.35 Wita. Tujuannya Bandara Semelagi milik PT Smart Cakrawala Aviation (SCA) di Singkawang Kalimantan Barat. Terbang 4 jam nonstop.
Crew Smart Cakrawala Aviation sudah bersiap di apron sejak pukul 07.00 pagi. Mereka harus bekerja ekstra. Menyiapkan pesawat Cessna 208B Grand Caravan EX PK-SNP. Mengisi avtur dan mengurus seluruh dokumen penerbangan. Pagi itu akan terbang penumpang istimewa. Dia adalah Owner dan Presiden Director PT SCA Pongky Majaya dan istri. Juga sang Komisaris Franciscus. Tujuannya Singkawang, Kalimantan Barat.
Kok Singkawang? Yah, Pongky ingin pulang ke kampung halamannya. Apalagi 14 Februari ini bertepatan dengan perayaan Chap Go Meh. Di penerbangan kali ini, Ia mengajak tujuh orang wartawan termasuk saya.
Jarak antara Malinau (LNU) ke Bandara Semalagi kurang lebih 550 Nautical Miles (NM) atau 1,018 Kilometer. Ditempuh sekitar 4 jam nonton stop. Terbang selama itu, di pesawat Cessna Caravan tanpa dilengkapi toilet cukup membuat ketar-ketir. Bagaimana nanti kalau diatas mau buang air kecil? Makanya, sebelum terbang seluruh penumpang ngantri kencing di toilet milik tower Air Navigasi.
Setelah selesai semua buang hajat, kami naik ke pesawat. Di kokpit telah bersiap Capten Bona Ventura. Usianya masih 24 tahun. Asalnya dari Sambas, tetangga Singkawang. Rambutnya ikal. Bagian belakang rambutnya diikat karet. Badannya yang kekar, membuat baju putih –lengkap dengan 4 bar– di pundak yang dikenakannya terlihat sempit. Baju khas pilot itu, dipadu celana jeans warna biru. Yah, Bona seperti anak gaul yang sedang jalan-jalan bawa pesawat.
Disebelahnya duduk Almer. Copilot ini tampilannya lebih rapi. Pakai topi, dan masker biru. Celananya warna hitam. Kedua pilot muda ini yang akan menerbangkan kami.
Saya bisa merasakan ketegangan dua pilot di depan. Betapa tidak, persis di belakang duduk “bos besar” Pongky dan istrinya. Makanya, Bona dan Almer terus fokus mempersiapkan penerbangan sesuai prosedur. Jangan sampai ada yang kelupaan di chek. Mereka berdua bergantian memeriksa instrumen. Juga berkomunikasi dengan petugas ATC di tower.
Di penerbangan ini saya memilih duduk depan sebelah kiri, persis di belakang kursi Capten. Saya ingin melihat aktivitas pilot. Sekalian ngintip alat-alat navigasi di kokpit. Tidak lama kemudian terdengar suara Almer. Ia menyampaikan sedikit pengumuman.
“Kita akan terbang menuju Singkawang. Dengan waktu tempuh 4 jam. Dan terbang diketinggian 10.000 kaki diatas permukaan air laut,” ujar Almer sedikit kaku.
Mungkin dia gugup. Sebab ada bosnya duduk di belakang. Padahal Pongky dan istrinya santai-santai saja. Sedikit pun Ia tidak menggagu atau mengawasi aktivitas kedua pilotnya itu. Mereka benar-benar menikmati penerbangan. Seperti halnya penumpang biasa. Meskipun pesawat ini miliknya.
Pukul 08.35 ATC mengizinkan untuk taxi way menuju runway. Bona dan Almer melakukan check terakhir. Aman. Pesawat sudah berada di ujung runway bersiap untuk takeoff.
Penerbangan menuju Singkawang melewati tengah pulau Kalimantan. Persisnya, menyusuri garis perbatasan Serawak Malaysia. 20 menit mengudara, ketinggian pesawat mencapai 10.000 feet atau 3.048 meter diatas permukaan laut.
Nah untungnya, Cessna 208B Grand Caravan EX ini adalah jenis terbaru. Lebih canggih. Sudah memiliki teknologi autopilot. Kokpit Glass. Semua panel navigasi hampir seluruhnya dikendalikan di tiga layar besar. Sehingga penerbangan jarak jauh ini lebih nyaman. Ketinggian maksimal di setting 10.000 feet dan kecepatannya 140 knot atau 259,8 Km/Jam.
Padahal Grand Caravan EX bisa dipacu hingga 195 Knot sekitar 361 Km/Jam. Ketinggian maksimal pesawat buatan Amerika ini 25.000 feet.
Takeoff berlangsung mulus. Cuaca cerah sedikit berawan. Diketinggian 10.000 feet pemandangan dibawah begitu jelas. Terutama saat pesawat melintas diatas Taman Nasional Kayan Mentarang. Sungguh indah.
Beberapa kecamatan terisolir juga dilintasi. Termasuk Long Nawang perbatasan antara Malinau dan Kutai Barat, Kalimantan Timur. Pesawat lantas melintasi Betung Kerihun. Setelah itu berbelok ke kanan sedikit dan memasuki wilayah Kalimantan Barat. Di sini pesawat terbang diatas Putu Sibu, Selimbau. Dan dikejauhan terlihat Gunung Niut yang indah.
Memasuki wilayah Kalbar duduk saya mulai tidak karuan. Maklum, lagi menahan kencing. Di sebelah saya, Pongky asyik membuka laptop. Rupanya, dia memanfaatkan waktu penerbangan panjang ini untuk bekerja.
30 menit sebelum landing. Pesawat mulai menurun. Pongky mematikan laptop. Dari belakang saya melihat ke arah peta navigasi di depan. Oh iya, Singkawang sudah dekat. Pesawat terus menurun. Bona menyetel di ketinggian minimun 500 feet, sebelum mematikan autopilot.
Dibawah saya melihat banyak kebun kelapa dan sawah yang terendam banjir. Ya, baru-baru ini, sejumlah lokasi di Singkawang dilanda banjir. Tapi kini sudah mulai surut. Hanya tersisa genangan. Runway Bandara milik Smart terlihat dari kejauhan. Kedua pilot fokus. Prosedur chek terakhir menjelang landing. Almer mengambil kertas yang berisi prosedur pendaratan. Membacanya dan Bona melakukan pengecekan. Selanjutnya Almer meminta izin tower untuk landing. Tangan kiri Bona memegang kemudi. Sedangkan yang kanan dia tugaskan memainkan trust lever tuas gas.
Pesawat mulai berguncang. Hidungnya menukik ke depan. Hingga ujung runway terlihat jelas. Posisi pesawat final. Siap mendarat. Tiba-tiba, Bona menarik tuas gas. Membatalkan landing memilih go round. Mesin pesawat meraung-raung. Flap dinaikkan lagi ke posisi semula. Pesawat kini menuju ke laut di ketinggian 1000 feet. Berputar, untuk kembali mengarah ke runway. Bona kembali mencoba landing. Tapi posisinya berlawanan. Kini dari arah laut.
Bruk, tepat pukul 12.07 Wib roda pesawat menyentuh landasan yang panjangnya 600 meter itu. Di ujung runway berbelok menuju apron persis di depan hanggar. Saya pun lega. Mau cepat loncat dari pesawat menuju toilet. Ternyata bukan saya saja, teman-teman yang lain, rupanya juga sudah diujung tanduk.
Sebelum turun saya nanya ke Bona, kenapa go round menjelang landing. Rupanya saat pesawat di ketinggian 200 feet ada angin bertiup kencang dari arah belakang pesawat. Namanya tail win. Itu musuh menakutkan seluruh pilot saat landing. Pilot ganteng ini tidak mau ambil resiko.
“Informasi yang kami terima dari bawah 2 knot. Ternyata pas final jadi 7 knot. Saya gak mau ambil resiko. Pilihannya go round,” jelas Bona sambil mengelap peluh di keningnya.
Saya pun turun. Menuju ke hanggar mencari toilet. Ternyata, antrean di kamar mandi masih panjang. Saya memilih melihat-lihat hanggar milik Smart. Ada helicopter jenis bell milik TNI sedang diperbaiki. Disebalahnya Caravan perbaikan total. Yah, hanggar ini adalah bengkel pesawat milik Smart. Bengkel seperti inilah yang akan dibuat di hanggar Bandara RA Bessing Malinau.
“Walau kami terlambat dua bulan. Tapi kami optimis Bupati Malinau akan segera menyarahkan kepada Smart, sehingga kita bisa segera mengoperasikannya,” jelas Pongky.
Kaki sudah berpijak di tanah Singkawang. Momentnya pas. Chap Go meh dan Valentine Day. (pai)
Discussion about this post