TARAKAN – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie melakukan kunjungan kerja ke Kampus Universitas Borneo Tarakan (UBT) di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Sabtu (12/7/25).
Dalam kunjungan tersebut, Wamendiktisaintek didampingi Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jawa Barat, Dr. Lukman, serta jajaran civitas akademika UBT.
Kedatangan Wamendiktisaintek dimanfaatkan dengan baik oleh Rektor UBT, Prof. Dr. Yahya Ahmad Zein, untuk menyampaikan berbagai keluhan dan harapan demi pengembangan proses perkuliahan di UBT. Salah satu sorotan utama adalah persoalan dosen yang terkendala regulasi.
Prof. Yahya menjelaskan bahwa saat ini UBT memiliki 355 dosen. Ia menyoroti kendala yang dialami dosen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) terkait pengembangan kepangkatan akademik.
“Ada program SDM Dosen PPPK yang memang belum bisa berkembang kepangkatan akademiknya. Padahal mereka harusnya sudah bisa profesor, tapi karena regulasi yang tidak mungkin, mereka akhirnya stagnan. Bahkan ada dosen kami yang secara de facto dia misalnya lektor kepala, tapi secara SK dia masih lektor,” ungkap Prof. Yahya.
Ia berharap hal ini menjadi perhatian bersama karena para dosen tersebut merupakan potensi besar untuk meningkatkan kualitas SDM UBT.
Selain itu, Rektor juga menyampaikan bahwa UBT memiliki sekitar 208 tenaga kependidikan. Yang paling membanggakan adalah jumlah student body UBT yang mencapai 12.226 mahasiswa.
“Tahun ini kuota kami 2.700 dan alhamdulillah sejarahnya tahun ini kuota kita full terisi, bahkan tertumpah,” ujar Prof. Yahya.
Fakultas Kedokteran UBT juga menjadi fokus pembahasan. Prof. Yahya mengungkapkan bahwa tahun ini hampir seluruh Indonesia mendaftar ke Fakultas Kedokteran UBT, meskipun mayoritas calon mahasiswa berasal dari Kaltara.
“85% itu adalah anak-anak Kalimantan Utara, artinya kebutuhan kedokteran untuk Kalimantan Utara ke depan insyaallah itu akan bisa tercapai,” jelasnya.
UBT pun terus bersinergi dengan pemerintah daerah dan kementerian untuk pengembangan fasilitas Fakultas Kedokteran, seperti gedung, AC, dan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL).
Dalam kesempatan itu, Rektor UBT juga menyampaikan dukungan penuh UBT untuk program Sekolah Garuda. “Kami punya FKIP dengan berbagai macam jurusan. Jadi kita berkomitmen untuk menjadi penyumbang sumber daya manusia ke depan untuk pengembangan Sekolah Garuda ini,” tegas Prof. Yahya.
Prof. Yahya turut menceritakan sejarah berdirinya UBT. Universitas Borneo Tarakan awalnya merupakan perguruan tinggi swasta yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Borneo pada tahun 1999 dan mulai beroperasi pada tahun 2001.
“Universitas Borneo ini memang awalnya swasta milik pemerintah daerah, karena waktu itu Undang-Undang Yayasan masih memungkinkan pemerintah daerah untuk mendirikan perguruan tinggi,” jelasnya.
Pada tahun 2010, UBT resmi beralih status menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama beberapa PTN baru lainnya yang dikenal dengan PTNB.
“Universitas Borneo ini memang didirikan awalnya untuk menampung anak-anak Tenaga Kerja Indonesia dan anak-anak perbatasan yang waktu itu sulit sekali untuk bisa jangankan jadi sarjana, mimpi pun mungkin sulit karena memang akses perguruan tinggi waktu itu yang ada hanya di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan,” kenang Prof. Yahya.
Pendirian UBT diinisiasi mendiang Walikota Tarakan dr. Jusuf SK dan DPRD kala itu.
Sementara itu, Wamendiktisaintek Stella Christie dalam kunjungannya juga menyempatkan diri untuk melihat langsung hasil karya inovatif mahasiswa UBT. Beberapa karya yang dipamerkan meliputi motor listrik, solar cell, dan berbagai hasil olahan makanan. Apresiasi diberikan atas kreativitas dan inovasi yang ditunjukkan oleh para mahasiswa.
Kunjungan Wamendiktisaintek ini diharapkan dapat menjadi momentum penting bagi UBT untuk terus berkembang dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi, terutama dalam hal regulasi dosen dan peningkatan fasilitas kampus.(Mt).
Discussion about this post