TARAKAN, Fokusborneo.com – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi Kecerdasan Buatan (AI), masyarakat kini dihadapkan pada dua mata pisau yaitu inovasi luar biasa dan risiko penyebaran informasi palsu (hoaks) yang semakin canggih.
Hoaks, yang kini diperparah dengan kemampuan AI menciptakan konten palsu yang sangat meyakinkan (deepfake), menjadi ancaman serius yang mengikis kepercayaan dan memecah belah masyarakat di ruang digital.
Menyadari bahaya ini, Politeknik Bisnis Kalimantan Utara (Poltekbiskal) menggandeng ASEAN Foundation, Mafindo, dan Dispora Kaltara untuk menggelar kegiatan strategis “AI READY ASEAN”, Kamis (23/10/25).
Direktur Poltekbiskal, Dr. Ana Sriekaningsih, S.E., S.Th., M.M., menegaskan kegiatan ini adalah upaya krusial untuk membekali generasi muda dengan benteng pertahanan digital.
”Anak muda atau generasi muda sangat perlu dibekali pembelajaran AI untuk menangkal hoaks. Hoaks di era AI jauh lebih berbahaya karena dibuat sangat cepat dan terlihat asli,” ujarnya.
AI saat ini mampu memproduksi teks, suara, dan video palsu yang hampir mustahil dibedakan dari aslinya. Kemampuan ini, jika jatuh ke tangan yang salah, dapat dimanfaatkan untuk membanjiri media sosial dengan narasi yang menyesatkan.
Menciptakan kebencian dengan manipulasi visual atau audio tokoh publik (deepfake). Serta menyebabkan kerugian finansial melalui penipuan berbasis identitas palsu yang di-AI-kan.
Dr. Ana Sriekaningsih menekankan solusi menghadapi bahaya ini bukan dengan menghindari AI, melainkan dengan menguasainya, terutama dari sisi etika dan filterisasi.
”Kita perlu belajar alur AI agar tidak begitu saja percaya dengan pemberitaan yang ada di media sosial. Orang yang hanya menerima berita tanpa memfilter akan mudah disesatkan,” tegasnya.
Melalui kegiatan ini, peserta mulai dari mahasiswa hingga siswa SLTA tidak hanya belajar dasar-dasar AI, tetapi juga mendalami modul krusial tentang etika dan dampak AI.
Modul ini mengajarkan tentang transparansi, keadilan, privasi data, dan yang terpenting, penggunaan AI yang bertanggung jawab.
Dr. Ana Sriekaningsih berharap, pengetahuan ini dapat menjadi filter digital bagi mahasiswa Poltekbiskal dan seluruh peserta.
”Harapan saya, mahasiswa harus tetap menfilter atau menyaring berita-berita yang ada di media sosial, tidak langsung ditelan begitu saja. Tetap santun dalam berkomunikasi, baik di dunia nyata maupun di dunia maya,” pungkasnya.
Poltekbiskal berkomitmen bahwa AI, jika digunakan secara positif, akan menjadi alat produktif yang membawa manfaat besar. Namun, tanpa literasi yang kuat, AI justru bisa menjadi alat amplifikasi hoaks paling berbahaya.
Inisiatif “AI READY ASEAN” menjadi langkah nyata Kalimantan Utara untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan digunakan untuk kemajuan, bukan perpecahan.(Mt)













Discussion about this post