TARAKAN – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menargetkan, partisipasi pemilih di Pemilu 2024 mencapai 80 persen. Target tersebut, berkaca dari hasil di pemilu 2019.
Secara nasional, pemilu 2024 target tingkat partisipasi pemilih 77,5 persen. Untuk di Kaltara, berkaca dari hasil pemilu di 2019 bisa menyentuh diangka 79 persen.
“Paling tidak ada peningkatan sedikitlah, kami target paling tidak di angka 80 persen. Tapi itu masih ambisi kami mudah-mudahan bisa terwujudlah,” kata Anggota KPU Provinsi Kaltara Hariyadi kepada awak media beberapa waktu lalu.

Kendala capaian partisipasi pemilih di Kaltara tidak bisa maksimal, salah satu problemnya adalah data pemilih masih belum bersih. Sebab Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kaltara, masih tercampur.



“Misalnya ada warga yang datang ke Kaltara hanya ngambil KTP, tapi bekerjanya di Malaysia. Termasuk dari luar ada beberapa tempat kami lihat itu ada dari NTT, Sulawesi tujuan utamanya sebenarnya ke Malaysia kerja, tetapi karena di deportasi ke Indonesia ke Nunukan misalnya mereka ambil KTP supaya tidak kembali lagi ke asalnya dan terus kembali lagi,” ujar Hariyadi.
Orang-orang seperti ini, dikatakan Hariyadi ketika masuk dalam data pemilih, pada saat hari pemilihan jarang biasa datang mencoblos. Kendala lainnya, ada beberapa perusahaan sawit polanya sama terutama di Malinau, Bulungan dan Nunukan.

“Misalnya mereka bekerja disitu, lalu kemudian pihak desa memasukkan data mereka sebagai penduduk karena ambil KTP. Tapi ketika dia sudah berhenti kerja, kembali ke daerah asalnya tanpa mencabut KTP nya nah kejadian-kejadian itu yang kami temukan,” jelas Hariyadi.
Lalu faktor lainnya, dijelaskan Hariyadi orang yang sudah meninggal dunia datanya belum dihapus. Persoalan tersebut, kebanyakan ditemukan dalam data pemilih yang belum bersih.
Tidak hanya itu saja, faktor lain yang membuat capai partisipasi pemilih kurang pada bila saat hari pencoblosan turun hujan. Kondisi ini, juga membuat masyarakat enggan datang ke TPS.
“Kejadian di tahun 2020 waktu Pilkada, di beberapa daerah itu ketika kondisi cuacanya hujan banyak masyarakat itu tidak mau menggunakan hak pilihnya. Ke TPS sulit, akhirnya mereka tidak mau datang memilih, kebanyakan begitu,” beber Hariyadi.
Atas dasar tersebut, ditambahkan Hariyadi partisipasi pemilih di pemilu 2024 sulit bisa mencapai 100 persen. Harapannya target 80 persen dinilai lebih realistis.
“Kita takutkan kalau di bulan Februari kejadiannya serupa, hal-hal yang seperti itu harus kita presentasikan tidak mungkin bisa 100 persen. Maka target yang rasional itu dianggap 77, tapi kalau target individunya di Provinsi itu bisa menyentuh angka 80 persen ada peningkatan pemilih,” tambah Hariyadi.
Untuk membersihkan data-data pemilih tersebut, ditegaskan Hariyadi sangat tergantung dengan proses pemutakhiran datanya tahun 2022. Maka dari itu, pencocokan dan penelitian data sangat menentukan nantinya.
“Kuncinya sebenarnya itu coklit, pencocokan dan penelitian data warga dengan masuk kerumah-rumah. Kadang-kadang kalau tidak dibersihkan, bisa masuk dalam DPT kita angkanya itu akan mengurangi tingkat partisipasi upaya itu coba kita lakukan,” tutup Hariyadi.(Mt)