TARAKAN, Fokusborneo.com – Semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap pelestarian budaya daerah ditunjukkan Komunitas Persaudaraan Sedulur Lamongan (Persela) Kota Tarakan dalam Festival Iraw Tengkayu ke-XIV tahun 2025.
Persela ambil bagian dalam Parade Budaya dan Arakan Padaw Tuju Dulung yang berlangsung meriah pada Sabtu (11/10/25).
Dalam arak-arakan tersebut, Persela menampilkan miniatur gapura ikonik Kabupaten Lamongan sebagai daya tarik utama.
Miniatur gapura ini bukan sekadar pajangan, melainkan lambang kuat dari keterbukaan dan persaudaraan.
Penasehat Persela Kota Tarakan, Supa’ad Hadianto, menjelaskan partisipasi mereka melampaui sekadar perwakilan warga Lamongan, namun juga mewakili entitas masyarakat Jawa secara umum di Kota Tarakan.
”Ini bentuk kepedulian dan kebersamaan kami warga Lamongan dengan seluruh masyarakat dan pelaku usaha yang ada di Kota Tarakan. Kami bukan hanya mewakili Lamongan, tapi juga entitas Jawa pada umumnya. Kehadiran Persela hari ini adalah bentuk dukungan kepada Pemerintah Kota Tarakan,” tegas Supa’ad.
Supa’ad menambahkan, filosofi keterbukaan tercermin dalam miniatur gapura yang menyambut berbagai unsur masyarakat.
Gapura tersebut juga dihiasi lambang ikan bandeng dan ikan lele, yang merupakan ciri khas Lamongan.

Kehadiran lambang ikan ini sekaligus menggarisbawahi kesamaan karakter antara Lamongan dan Tarakan yang sama-sama mengandalkan sektor perikanan dan kelautan.
”Gerbang ini adalah simbol tempat masuknya semua entitas yang ada di Lamongan. Filosofinya, gerbang menjadi lambang penyambutan dan kebersamaan. Sementara bandeng dan lele mencerminkan potensi utama daerah kami,” jelasnya lebih lanjut.
Diperkirakan sekitar 1.000 warga Lamongan kini bermukim di Tarakan, dengan mayoritas berprofesi di sektor kuliner.
Sebagai bentuk perkenalan dan cenderamata kepada Wali Kota Tarakan, Persela juga membawa khas Lamongan, yaitu Wingko Babat, dalam parade tersebut.
”Selama ini orang mengenal Lamongan dengan sotonya, padahal banyak kuliner lain seperti seafood dan kue tradisional. Kami membawakan Wingko Babat sebagai simbol kebersamaan dan memperkenalkan kekayaan kuliner Lamongan kepada warga Tarakan,” ungkap Supa’ad.
Wingko Babat, camilan tradisional berbahan dasar ketan, gula, dan kelapa dengan taburan wijen, memiliki keunikan proses masak dengan dua titik api yang menghasilkan aroma khas.
”Wingko Babat ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda bahkan era kerajaan. Kuliner ini legendaris dan menjadi camilan khas warga Lamongan,” tutup Supaad.
Partisipasi Persela ini menjadi bukti nyata komitmen masyarakat perantau dalam mendukung pelestarian nilai-nilai budaya dan mempererat kebersamaan di Kota Tarakan.(Mt)
Discussion about this post