TARAKAN – Sidang kasus pembunuhan berencana Arya Gading Ramadan kembali digelar di Pengadilan Negeri Tarakan, Kamis (31/8/2023) dengan agenda putusan sidang terdakwa berkas perkara Edy Guntur, Afrila, dan Mendila.
Sidang dipimpin majelis hakim Rahman Abdul Thalib dan anggota, kemudian hadir Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Tarakan, PH Terdakwa, dan keluarga terdakwa dan korban.
Dalam sidang ini, ketiga terdakwa dihadirkan melalui virtual online di Lapas Kelas II A Tarakan, sidang terbuka untuk umum.
Ketua Majelis Hakim Membacakan Amar putusan sidang ketiga terdakwa dengan putusan pidana berbeda-beda. Pertama terdakwa Afrila diputus hukuman 10 tahun penjara dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) 14 tahun.
Kedua terdakwa Mendila diputus hukuman seumur hidup atau sama dengan tuntutan JPU seumur hidup. Dan Ketiga, terdakwa Edy Guntur diputus hukuman mati.
“Terdakwa Edy Guntur secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana, yang dilakukan secara bersama-sama, menjatuhkan pidana kepada terdakwa Edy Guntur dengan pidana mati,” ujar Majelis Hakim membacakan putusan.
Baca Juga: Orang Tua Arya Gading Minta Hukuman MatiÂ
Ketua Pengadilan Negeri Tarakan, Achmad Syaripudin melalui Humas PN Tarakan Imran Marannu Iriansyah menjelaskan bahwa putusan ketiga terdakwa sudah dibacakan Majelis Hakim dalam persidangan.
Terdakwa Afrila diputus 10 tahun penjara dimana sebelumnya dituntut JPU 14 tahun hal ini karena ada beberapa hal yang meringankan dan pertimbangan peran Afrila dalam kasus ini.
“Salah satu pertimbangan juga karena memiliki tiga anak,” ujarnya.
Sementara itu, Mendila yang sebelumnya dituntut seumur hidup oleh JPU mendapat putusan yang sama oleh majelis hakim.
“Untuk terdakwa Edy Guntur tuntutan JPU seumur hidup tapi majelis hakim sepakat setelah bermusyawarah memutus pidana mati. Pokok pertimbangan majelis hakim memutuskan hukuman mati kepada Edy Guntur karena tidak ada hal meringankan. Kemudian unsur pada pasal 340 terbukti secara sempurna menurut fakta di persidangan dan dari dakwaan,” jelasnya.
Terkait pledoi disampaikan PH terdakwa yang meminta keringanan ditolak dijelaskan Imran, ketika putusan bulat pasal 340 dan pidana maksimal mati, pledoi ditolak maka hal meringankan pun tidak ada dalam putusan.
Ancaman hukuman tertinggi lanjutnya ada pidana mati, seumur hidup dan penjara 20 tahun. Untuk Eksekusi, lanjutnya, dapat dikonfirmasi ke Kejaksaan.
“Karena ini masih ada upaya hukuman banding, kasasi, dan bisa PK. Kita lihat saja. Karena putusan ini belum berkekuatan hukum tetap atau inkrah,” pungkasnya.
Sementara itu, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Tarakan Harisman yang ditemui usai sidang mengatakan, untuk langkah selanjutnya terkait dengan sidang putusan kasus pembunuhan berencana, pihaknya masih mempunyai waktu 7 hari ke depan untuk menentukan sikap pikir-pikir atau upaya hukum.
“Untuk putusan, seperti yang dibacakan majelis hakim mengambil seluruh pertimbangan tuntutan JPU. Intinya sesuai semua, termasuk barang bukti,” kata Harisman.
Terkait dengan vonis yang diterima masing-masing terdakwa, ada beberapa hal pertimbangan dari majelis hakim.
“Ada hal meringankan, ada hal yang memberatkan. Untuk terdakwa Afrilla masih mempunyai anak. Turun atau tidaknya vonis itu kewenangan majelis hakim,” ujarnya.
Menanggapi vonis Edy Guntur diatas dari tuntutan JPU, pihaknya sangat mengapresiasi putusan majelis hakim.
“Dengan tuntunan tersebut berarti kami JPU berhasil menyanyikan majelis hakim bahwa dakwaan yang terbukti adalah dakwaan primer pasal 340 junto pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP,” timpal JPU Komang Noprizal.
Komang menyebutkan, untuk persiapan selanjutnya akan menunggu hingga 7 hari kedepan dan akan terus mengawal hingga proses upaya terakhir. (wic/Iik)
Discussion about this post