Menu

Mode Gelap
Capaian WTP Harus Berkorelasi dengan Pembangunan Daerah Gubernur Bantu Pembangunan Masjid Al Ikhlas Polairud Polda Kaltara Gubernur Santuni Pemilik Taman Pendidikan Alquran (TPA) Pantai Amal yang Terbakar Percepat Herd Immunity, Kodim Tarakan Gelar Serbuan Vaksin Untuk Pelajar Sinergikan Pemerintah Pusat dan Daerah, Pemprov Gelar Rakor GWPP

Parlemen · 23 Des 2024 20:41 WITA ·

Demi Devco


Kampanye Deddy Sitorus di pedalaman Kaltara. Foto : Ist Perbesar

Kampanye Deddy Sitorus di pedalaman Kaltara. Foto : Ist

Cerita Bersambung Kampanye Helikopter Deddy Sitorus di Pedalaman (3)

Terbang dari desa ke desa di pedalaman menggunakan helikopter terkesan mewah. Padahal, tahukah Anda banyak kejadian lucu, dramatik dan menegangkan. Berikut beberapa kisahnya.

Memasuki minggu kedua kampanye legislatif, Krayan, Kabupaten Nunukan mendapat giliran. Saya dan tim mengatur jadwal ini cukup rumit. Deddy Sitorus tidak ingin terbang ke Krayan pakai helikopter. Dia maunya pakai pesawat. Sedangkan helikopter akan digunakan selama di Krayan.

width"400"

Alasannya soal jarak dan resiko. Yah, dari Malinau ke Krayan melewati hutan Taman Nasional Kayan Mentarang yang dihuni gunung-gunung tinggi. Kendati waktu tempuhnya hanya 30 menit, terasa begitu lama.

width"400"

Belum lagi faktor cuaca. Bagi yang biasa terbang ke Krayan pasti tahu betapa ekstrimnya menuju Kecamatan di perbatasan itu.

“Gue pilih naik pesawat aja. Biar heli mengikuti. Atau terbang duluan,” ujarnya kepada saya.

Baiklah. Saya pun menyusun agenda selama dua hari. Tentu semua dikonsultasikan ke Capten Pilot.

Terbang dari Bandara Malinau pakai pesawat Pilatus milik SMC menuju Binuang. Dari Binungan terbang pakai helikopter ke Krayan Timur. Lantas finis di Long Bawang, Krayan Induk. Deal.

Pagi sekitar 09.30 kami terbang ke Binuang pakai Pilatus. Pilotnya bule asal Prancis namanya David. Dia terpaksa berputar tinggi karena Binuang yang berada di ketinggian masih tertutup awan tebal. Holding mengitari gunung lumayan mengerikan.

Deddy melirik saya. Sambil tersenyum dia bicara. “Benar kan kita lebih bagus pakai pesawat. Kalau pakai heli, elu lihat aja tuh awan.” Saya mengangguk tanda setuju.

Dari Bandara Binuang pakai heli kami ke satu desa. Lanjut terbang lagi ke arah Krayan Induk. Di siang menjelang sore itu kami baru sadar betapa tingginya gunung-gunung di Krayan. Saat pilot memanjat gunung terlihat dahan-dahan pohon dari ketinggian. Terasa terbang rendah sekali.

Kami finis di Long Bawan dan menginap. Ditengah suhu dingin Deddy memanggil saya dan crew helikopter. Ia minta pendapat karena ada usuluan pertemuan di beberapa desa keesokan harinya.

“Kita cuma landing di 3 desa. Saya minta pertemuannya singkat-singkat saja,” jelas Deddy.

Saya nenyela sambil mengingatkan bahwa sudah ada agenda yang tersusun. Rencananya, kami akan terbang menuju Long Layu, Mansalong, Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Hulu, Kabupaten Nunukan.

Tiga tempat ini tidak mungkin dibatalkan. Warga sudah persiapan. Betapa kecewanya mereka jika Deddy Sitorus tidak jadi kampanye.

Capten Hendi menimpali. “Saya perkirakan kita baru bisa keluar dari Long Bawan sekitar jam 10.00. Itu pun sayaratnya awan-awan sudah menyingkir dari gunung,” kata Capten pensiunan AL itu.

Tentu alasan cuaca tidak bisa ditoleransi. Apa pun pertimbangan capten terkait cuaca, kami semua manut. No debat.

Akhirnya diputuskan malam itu, keliling di 3 desa mulai pukul 07.00 tanpa helikopter. Pilot baru akan menjemput setelah cuaca cerah.

Saya menghitung keluar dari Long Bawan menuju Long Layu pukul 10.00. Ternyata eh ternyata, kami baru bisa terbang pukul 13.00. Jika jadwal molor seperti itu giliran saya yang panik. Bagaimana caranya bisa sampai Tau Lumbis.

Kami landing di Long Layu sudah pukul 14.00. Saya lantas menemui panitia untuk minta dipercepat. Deddy mulai lirak-lirik saya. Dia sepertinya tahu, kalau waktu sudah begitu mepet. Namun lagi-lagi Deddy tidak kuasa menolak jika ada pertanyaan atau warga yang ingin berfoto.

Tepat 14.45 pertemuan itu baru kelar. Plus start engine, kami baru take off pukul 14.50 menuju Mansalong. Sambil berganti baju di kokpit, Deddy bertanya soal pertemuan di Mansalong. Saya menjelaskan, berdasarkan informasi dari teman-teman di lokasi, hampir 1000 orang lebih telah berkumpul di lapangan sepakbola sejak pukul 10.00.

Mereka berkumpul selain ingin menghadiri kampanye juga mengikuti program pengobatan geratis. Program itu digagas Relawan Deddy Sitorus. Menghadirkan dua bus kesehatan. Lengkap dengan tenaga medis.

Tim di Mansalong terus menghubungi saya. Mereka mempertanyakan apakah rombongan tetap landing di Mansalong. Sebab sudah molor berjam-jam. Ini bukan urusan Mansalong saja, masih ada satu titik lagi yang harus kami jalani. Tak tanggung-tanggung, desa itu adalah Tau Lumbis.

Selama penerbangan kami berdiskusi. Apakah kita lanjut ke Tau Lumbis atau cukup sampai Mansalong lalu balik ke Malinau. Capten Hendi tidak merekomendasikan ke Tau Lumbis. Ia khawatir waktunya tidak mengejar. Karena berdasarkan perhitungannya, waktu tempuh ke Tau Lumbis dari Mansalong 25 menit. PP sudah makan waktu hampir satu jam.

Sementara di HP saya bertubi-tubi masuk WA dari Devco Nugroho. Dia caleg DPRD Nunukan dari PDI Perjuangan yang juga penanggung jawab wilayah Lumbis dan sekitarnya.

“Jangan sampai, Tau Lumbis batal ya bang. Hancur aku,” isi WA Devco mengiba.

Tentu saya bukan pengambil keputusan. WA Decvo tidak saya jawab. Menjelang landing di Mansalong, saya kambil minta kepastian apakah Tau Lumbis batal? Deddy dan Hendi kompak menjawab. “Batal. Kasih tau saja si Devco waktunya gak ngejar,” timpal Deddy.

Giliran saya pusing. Bagaimana saya menyampaikannya ke Devco. Dia sudah lama mempersiapkan kampanye di desa paling ujung Nunukan itu.

Anda sudah tahu, untuk sampai Tau Lumbis butuh waktu satu hari, bahkan lebih jika ditempuh pakai perahu saat air surut

Helikopter landing di Mansalong sekitar pukul 15.15. Sebelum turun saya kembali minta kepastian soal Tau Lumbis. Kali ini Capten Hendi yang bicara. “Begini saja. Kita bisa ke Tau Lumbis yang penting sebelum jam 16.00,” kata Hendi melalui intercom.

Ternyata masih ada harapan. Walau pun kecil. Turun dari heli, Devco langsung nyamperin saya. “Gimana Bang, tetap jadi kan,” katanya sambil memegang tangan saya.

Wajah Devco mulai pucat. Dia khawatir betul dapat kabar buruk. Saya pun mencarikan jalan keluar. “Kalau kau bisa percepat pertemuan di Mansalong sebelum jam empat kita terbang. Kalau diatas itu aku angkat tangan. Satu lagi kau harus bicara sama Bos,” ungkap saya.

Devco langsung berlari ke arah Deddy yang sudah duduk di bawah tenda. Dari kejauhan saya melihat Devco berbisik ke telinga Deddy Sitorus. Muka si Devco pucat pasi. Deddy lantas meminta Devco memanggil saya.

“Gimana Pai, bisa kita ke Lumbis Hulu? Ini si Devco maksa terus,” ucap Deddy dengan mimik serius.

“Gue konsultasi dulu ke capten ya bos,” jawab saya.

Saya berlari ke arah helikopter. Tapi tidak menemukan Capten Hendi. Ternyata pilot asli Surabaya itu sedang sholat Ashar di Masjid. 3 menit kemudian Hendi muncul sambil berjalan menuju helikopter.

“Ayo capt persiapan,” kata saya sambil memberi kode kita persiapan terbang.

Setelah itu saya kembali ke tenda. Sambil berbisik, saya sampai ke Deddy pilot sudah siap. Deddy pun spontan berdiri dan berbicara kepada warga bahwa Ia tidak bisa lama-lama karena harus terbang ke Tau Lumbis.

Waktu makin mepet. Tinggal 5 menit sudah masuk setengah empat. Kami semua masuk ke helikopter. Penumpang nambah satu. Sebelumnya kami hanya berlima. Deddy, Ida Suryani, Ola, Mindo, Capten Hendi dan Saya. Kini bertambah satu si Devco.

Di depan saya melihat capten Hendi mengatur GPS ke arah Malinau. Saya buru-buru dari intercom bicara.

“Kita ke Tau Lumbis capt,” kata saya pelan.

Saya melihat wajah Hendi berubah. “Loh bukannya kembali ke Malinau?” Tanya dia balik.

“Ini si Devco katanya warga disana sudah siap. Nda mungkin kita batalin,” timpal Deddy.

Dengan berat hati, Capten Hendi merubah kordinat yang sebelumnya ke arah Malinau, menjadi Tau Lumbis.

Dalam perjalanan Hendi memerintahkan Mindo untuk kordinasi dengan Bandara RA Bessing Malinau. Dia khawatir landing diluar jadwal tutup bandara.

Suasana tegang di dalam kokpit terbayar oleh pemandangan di luar yang indah. Untungnya Capten Hendi cukup familiar dengan rute ini. Dia pernah menerbangkan petugas pemasang patok batas nagara. Jadi relatif aman. Tinggal persoalan waktu saja.

Tak terasa perjalanan sudah 25 menit. Tapi Desa Tau Lumbis belum juga terlihat sampai kami melewati sebuah gunung. Betapa indahnya pemandangan desa terpencil ini dari ketinggian. Hijau ranau. Bersih dan rapih. Letaknya diatas bukit. Dibawah mengalir sungai kecil. Berbatu-batu. Berair bening.

Saat heli menyentuh rumput lapangan bola, Capten Hendi mengingatkan kami. Waktu hanya tersisa 20 menit. Telat sedikit kita tidak bisa pulang ke Malinau.

Saya pasrah. Semua urusan saya serahkan ke Devco. Tugasnya mempercepat pertemuan. Tidak lebih dari 20 menit.

Lemas dengkul saya melalui HT, Capten Hendi memanggil-manggil untuk segera terbang. Untungnya kali ini Deddy Sitorus cukup akomodatif. Kami pun bisa terbang lagi ke Malinau.

Duduk di belakang pilot Devco senyum-senyum tipis. Dia dapat bonus banyak. Bisa ke Tau Lumbis naik heli pula. Saya juga tersenyum melihat Devco tersenyum. Sedangkan Deddy rada cemberut karena tidak bisa lama bercengkrama denga warga. Giliran Capten Hendi sibuk menerbangkan heli sambil mengontak ATC bandara Malinau. Mission complete.(pai/bersambung)

Artikel ini telah dibaca 117 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

KPU Tarakan Tetapkan dr. Khairul – Ibnu Saud Sebagai Paslon Walikota dan Wakil Walikota Terpilih Periode 2025-2030

7 Februari 2025 - 16:30 WITA

Tambat Kapal Tongkang di Wilayah Tangkap Nelayan, DPRD Minta Sanksi Tegas

7 Februari 2025 - 07:37 WITA

Ruang Laut Tarakan Dikuasai Kapal Niaga, Nelayan Ngadu ke DPRD

7 Februari 2025 - 07:28 WITA

Relokasi SDN 047 di Tanjung Pasir, DPRD Pastikan Lokasinya Tidak Bersengketa

6 Februari 2025 - 09:57 WITA

MK Tolak Permohonan PKPU Said Agil-Hendrik, Pelantikan Ibrahim-Sabri Sesuai Jadwal

6 Februari 2025 - 07:30 WITA

Penyelesaian Tumpang Tindih Peta Bidang Bisa Litigasi dan Non Litigasi

6 Februari 2025 - 05:49 WITA

Trending di Daerah