TANA TIDUNG – Potensi Batik Khas Kabupaten Tana Tidung terus berkembang, dari awalnya hanya memenuhi kebutuhan lokal, kini Batik sudah merambah pasar nasional.
Salah satunya pengerajin Batik KTT yakni, Hanny Batik yang berdiri sejak tahun 2016 lalu, dari tempat usaha yang masih kecil kini sudah mulai berkembang.
Pengerajin Batik Hanny Batik, Marzuki menceritakan sejak mendapatkan pelatihan dan pembinaan oleh Provinsi Kaltara kini usahanya terus berkembang.

“Dari motif motif yang hanya 11 sekarang berkembang menjadi 50 motif. Yang 11 motif sudah kita patenkan dan yang 50 motif masih on proses di Kementerian,” terangnya kepada fokusborneo.com, Rabu (20/10/2021).



Marzuki mengatakan, motif batik yang Ia gunakan adalah motif batik khas Kabupaten Tana Tidung, seperti satwa khas Kalimantan, kemudian budaya, adat istiadat daerah dan lainya.

“Ada motif pempulus sangang artinya burung enggang itu bahasa Tidung nya karena burung enggang banyak di Kalimantan akhirnya kita buat lah motif ini, kemudian ada motif kelakai, kelakai itu seperti akar kayu, kemudian ada motif labau silau, ada labu kuning, ada motif kalid itu artinya tameng, motif pusakarang itu artinya bunga di karang, motif daun sabay, daun ubi dan masih banyak lagi motif lainnya,” jelasnya.

Terkait dengan pemasaran sampai saat ini sudah sampai di wilayah Provinsi bahkan sampai nasional, “Kadang ada beberapa souvenir yang ke Jakarta, jadi Alhamdulillah adalah beberapa yang pesan,” sambungnya.
Hanny Batik hampir setiap hari mendapatkan orderan batik, apalagi semenjak adanya edaran Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang terkait penggunaan batik khas Kaltara.
“Kalau kami produksi tergantung cuaca, tapi kalau orderan Alhamdulillah ada terus. Semenjak ada edaran Gubernur permintaan melonjak dan Alhamdulillah sekarang ada orderan 100 lembar, dengan adanya edaran Gubernur kami terbantu lah dengan penjualan batik,” katanya.
“Ini kita lagi membuat orderan seragam guru SD , guru SMA dan beberapa dari Dinas Pemkab,” sambungnya.
Karena banyaknya orderan dan kurangnya tenaga kerja, Hanny Batik saat ini masih melayani batik cap. Mengingat batik tulis butuh waktu yang lebih lama 1 – 2 bulan.
Meski batik cap, Ia mengaku tetap menggunakan warna alam yang ada disekitar seperti kulit kayu, daun dan lainya.
Sementara untuk harga batik sendiri bervariasi antara Rp285 Ribu – Rp350 Ribu, ada juga Rp600 Ribu – Rp700, harga tergantung ukuran, bahan kain dan jenis batik cap atau tulis.
Hanny Batik yang beralamat di Gang Nuri Jalan Padat Karya No.99, Kabupaten Tana Tidung ini berharap adanya bantuan dari pemerintah berupa alat atau bahan.
“Kita harap ada bantuan dari pemerintah, karena bahan bakunya ini dan alat alat untuk membatik itu mahal kita beli, jadi saya harap adalah bantuan pemerintah dari segi pemasaran mungkin dari pemerintah Kabupaten bisa untuk semua SKPD menggunakan batik khas KTT tanpa ada pengecualian,” pungkasnya. (her/Iik)