TANA TIDUNG – Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tana Tidung bersama Dinas Sosial PMD dan anggota DPRD KTT Yunus Yakau melaksanakan kunjungan lapangan ke Desa Seputuk, Kecamatan Muruk Rian, Kamis (24/3/2022).
Kedatangan rombongan ke Desa Seputuk untuk melihat langsung dan menggali potensi wisata di Desa Seputuk.
Analisis Promosi Pariwisata KTT, Imam Noviwidianto, dari pantauan di lapangan ada potensi wisata baru yang dapat dikembangkan dan menjadi daya tarik wisatawan di Desa Seputuk yakni makam kuno suku dayak.

Lokasi makam kuno tersebut tidak terlalu jauh dari Kantor Desa namun kondisi kurang terawat. Berdasarkan pemaparan dari Ketua Adat perlu dilaksanakan upacara adat untuk merenovasi makam tersebut.
“Dari sisi pariwisata kondisi tersebut tidak menjadi masalah selama dilakukan pembersihan saja. Kondisi yang ada tetap dapat dipertahankan keasliannya,” ujarnya.
Selain daya tarik tersebut adapula daya tarik wisata seperti Baloi Adat Dayak dan juga budaya adat Dayak Belusu yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Harapannya Desa Wisata Seputuk dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
“Kearifan lokal di Tana Tidung menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan, maka penting budaya lokal ini untuk dilestarikan,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Pariwisata, Mas Apriyan Noor menambahkan, salah satu sektor pariwisata Tana Tidung yang diminati oleh wisatawan adalah wisata budaya yang berbasis keunikan dari tradisi dan kearifan lokal suatu daerah.
Oleh karena itu, ia menilai perlu ada pengelolaan kepariwisataan yang mengedepankan nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa, nilai-nilai keagamaan, serta kelestarian dan mutu lingkungan hidup.
“Jadi dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, kebudayaan suatu daerah harus diutamakan. Kegiatan pembangunan kepariwisataan semestinya dapat berkontribusi dalam perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan,” katanya.
Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan kegiatan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keindahan, nilai arkeologis dan budaya yang harus dilindungi, untuk diteruskan kepada generasi mendatang.
“Kegiatan kepariwisataan juga harus bisa menjamin agar produk budaya tradisional, kerajinan, dan folklore tetap dapat berkembang dan tidak menjadi produk standar,” ujar Mas Apriyan Noor menutup wawancara. (her/Iik)