BALIKPAPAN, Fokusborneo.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan meluncurkan program pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan Bank Sampah, memadukan upaya pelestarian lingkungan dan nilai ekonomi, agar kota tetap bersih sekaligus memberi manfaat bagi warga.
Program ini difokuskan pada pengurangan timbulan sampah di sumbernya, pemanfaatan kembali barang yang masih layak, dan daur ulang menjadi bahan bernilai ekonomi.
Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, menjelaskan bahwa Bank Sampah menjadi pusat pengumpulan sampah anorganik dari masyarakat, mulai botol plastik, kardus, kertas, hingga logam. Barang-barang ini tidak hanya diolah untuk mengurangi volume sampah, tetapi juga dapat dijual sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi warga.
“Bank Sampah bukan hanya alat pengelolaan sampah, tetapi juga sarana edukasi dan ekonomi. Setiap warga yang rutin memilah sampah ikut mengurangi beban di Tempat Pembuangan Sementara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi dari apa yang mereka kumpulkan,” ujar Sudirman, Rabu (29/10/2025).
Program ini menekankan prinsip 3R. Reduce berarti mengurangi penggunaan barang sekali pakai dan menekan timbulan sampah dari rumah tangga. Reuse mendorong pemanfaatan kembali barang-barang yang masih layak pakai tanpa melalui proses pengolahan.
Sementara Recycle dilakukan dengan mengubah sampah menjadi bahan baru yang memiliki nilai jual. Menurut DLH, jika seluruh rumah tangga menerapkan prinsip ini, pengurangan sampah di kota akan terlihat signifikan dalam jangka pendek maupun panjang.
Sudirman menambahkan, DLH telah membentuk kerja sama dengan sejumlah Bank Sampah Induk dan Unit Bank Sampah di berbagai kelurahan. Salah satunya Bank Sampah Sekar 18 Poka yang juga menampung limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) domestik.
Drop Box B3 telah ditempatkan di lokasi strategis seperti sekolah, kantor kecamatan, dan instansi pemerintah untuk memastikan limbah berbahaya terkelola dengan aman dan tidak mencemari lingkungan.
“Partisipasi aktif warga menjadi kunci keberhasilan program. Sosialisasi, pembinaan, dan pendampingan terhadap Bank Sampah terus dilakukan agar warga memahami manfaat memilah sampah dan ekonomi sirkular yang bisa dicapai,” tambahnya.
Selain memberikan manfaat ekonomi, DLH juga menyertakan sesi edukasi bagi warga terkait pencegahan pencemaran lingkungan dan pengelolaan limbah rumah tangga. Anak-anak sekolah dan komunitas lokal diajak langsung berpartisipasi dalam memilah sampah, sehingga kesadaran sejak dini terbentuk.
“Semua elemen masyarakat ikut berperan dalam pengelolaan sampah. Dengan pendidikan dan praktik nyata, warga akan lebih memahami dampak sampah terhadap kesehatan dan lingkungan. Program ini juga mendukung Balikpapan mempertahankan status kota bersih dan hijau,” tegas Sudirman.
Program Bank Sampah dan 3R di Balikpapan diharapkan menjadi model pengelolaan sampah berkelanjutan yang bisa direplikasi di kelurahan lain. DLH menargetkan peningkatan jumlah rumah tangga yang berpartisipasi serta peningkatan volume sampah anorganik yang masuk ke Bank Sampah setiap bulannya.
“Setiap sampah memiliki nilai, baik untuk lingkungan maupun ekonomi. Dengan pengelolaan yang tepat, Balikpapan bisa menjadi kota yang lebih bersih, hijau, dan berdaya,” pungkas Sudirman.
Seorang warga, Winda (34), menyatakan program Bank Sampah memberi dampak langsung. Tidak hanya dari sisi kebersihan, tetapi juga membantu ekonomi warga.
“Saya bisa menyalurkan sampah plastik dan kardus, mendapatkan penghasilan tambahan, dan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih. Kegiatan ini mengajarkan semua orang nilai dari sampah dan cara mengelolanya dengan benar,” ujar Winda. (*)















Discussion about this post