TARAKAN – Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China diprediksi akan berdampak pada kegiatan ekspor import serta tingkat pengangguran di Indonesia akibat melambatnya perekonomian.
Berbicara dampak perang ekonomi global, Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, Dr. Ana Sriekaningsih menjelaskan, dari sisi ekspor tujuan AS dan China tentu akan berkurang, karena ekspor menurun maka produksi juga juga menurun, selanjutnya bahan baku impor dipastikan akan meningkat harganya, jika bahan baku meningkat maka otomatis harga jual meningkat.
“Jika pendapatan tidak didukung dengan peningkatan maka akan mengurangi daya beli, akhirnya produktifas yang ada di Indonesia akan berkurang, otomatis karyawan yang tidak terlibat produksi tetap digaji dan akhirnya merugikan perusahaan dan timbul PHK,” jelas Dr. Ana Sriekaningsih, Selasa (13/5/2025).

Selain dari sisi negatif di atas, sisi positifnya harus dilihat oleh pelaku usaha dan harus jeli mencari peluang misalnya meningkatkan kualitas produk, mencari jalan keluar sehingga tidak tergantung dengan ekspor, meningkatkan investasi dalam negeri, atau peningkatan konsumtif.



Sementara khusus di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara), ekonom Kaltara ini mengungkapkan bahwa sampai saat ini perang dagang global berkumpul berpengaruh signifikan apalagi berkaitan dengan PHK atau merumahkan karyawan.
“Justru di Kaltara banyak peluang, contohnya kawasan ekonomi khusus (KEK) di Tana Kuning, Mangkupadi, Bulungan, Kita harus berbenah mulai dari SDM-nya, pertemuan atau Komunikasi antara perguruan tinggi dengan pemerintah harus sering dilakukan untuk menjawab kebutuhan di kawasan ekonomi khusus,” terangnya.

Kaltara sendiri merupakan daerah yang sedang berkembang, dan menjadi perhatian pemerintah dengan dibangunnya proyek strategis nasional (PSN) serta Kaltara menjadi daerah penyangga Ibu Kota Negara (IKN).
Pelaku usaha dan masyarakat perlu melihat peluang ini, misalnya membuka kuliner, peningkatan UMKM di sekitar lokasi di Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) di Mangkupadi atau melalui kerjasama sebagai support untuk tenaga kerja baik bekerja secara langsung atau support dari sisi bahan makanan.
“Sebenarnya kita harus bisa jeli melihat peluang itu. Nah, kalau hanya menunggu dan hal-hal yang misalkan support pemerintah, nunggu dibantu pemerintah, enggak bisa, sulit. Ya, kitanya harus bergerak,” bebernya.
Selanjutnya, peluang lain di Kaltara khususnya Tarakan yakni adanya PT Phoenix Resource Internasional (PRI). Meski ada beberapa kini produksi memerlukan orang – orang khusus namun masih banyak peluang pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung.
“Kita masih bisa dapat kerjaan, peluang, usaha, bisnis yang penting jeli ngerti gitu. Ya kalau dielam, ya tetap nggak bisa, dimanapun ada peluang kalau kita diam juga nggak ngerti. Contoh mungkin bagian kateringnya atau pengamanan, ngak mungkin pakai orang luar,” katanya.
Kembali lagi, Direktur Politeknik Bisnis Kaltara ini menegaskan tingkat pengangguran yang tinggi dapat dipastikan berdampak pada perekonomian, sehingga perlu sinergi bersama antara pelaku usaha, masyarakat dan pemerintah melalui kebijakannya. (ary)