TARAKAN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan mencatat pertumbuhan ekonomi Kota Tarakan pada triwulan II-2025 terhadap triwulan II-2024 (y-on-y) tumbuh sebesar 5.00 persen meski mengalami perlambatan jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,92 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan, Umar Riyadi menjelaskan dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Tersier sebesar 7,33 persen diikuti Sektor Sekunder dan Sektor Primer yang masing-masing tumbuh sebesar 2,25 persen dan 1,01 persen.
Dari sisi pengeluaran, komponen Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT) tercatat tumbuh sebesar 5,20 persen. Sementara itu, komponen Konsumsi Akhir Pemerintah dan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto terkontraksi masing-masing sebesar 11,31 persen dan 1,12 persen.
“Perlu dicatat bahwa sampai dengan posisi triwulan II 2025 berkaitan dengan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tarakan Triwulan II-2025 baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 tercatat masing-masing mencapai Rp 14,86 triliun dan Rp 7,07 triliun,” jelas Kepala BPS, Rabu (16/10/2025).
Pertumbuhan ekonomi mencakup tiga sektor, yaitu Sektor Primer mencakup pertanian, kehutanan, dan perikanan; dan pertambangan dan penggalian.
Sektor Sekunder mencakup industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; dan konstruksi.
Kemudian ketiga yaitu Sektor Tersier mencakup perdagangan dan reparasi; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa lainnya.
“Kalau berdasarkan dari 3 sektor tersebut, secara year on year-nya, sebenarnya semuanya mengalami peningkatan. Hanya saja memang khusus untuk sektor sekunder dan juga sektor parsial itu dia sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, secara year on year,” ungkapnya.
Selanjutnya salah satu yang menyebabkan terjadinya perlambatan itu juga dikarenakan sektor konstruksi, salah satunya progres pembangunan pabrik kertas atau PT Phoenix Resource Internasional (PRI) yang sudah mulai selesai di tahun ini. Sehingga secara nilai lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kemudian juga untuk sektor-sektor lain, itu juga mengalami perlambatan, salah satunya juga imbas dari adanya efisiensi anggaran yang masih dirasakan sampai saat ini,” sambungnya.
Lebih lanjut, Umar Riyadi menerangkan, efisiensi anggaran berdampak dari sisi lapangan usaha, kemudian dari sisi pengeluaran dan tentu berdampak kepada belanja pemerintah. Belanja pemerintah juga perlu diketahui bahwa harapannya bisa menjadi trigger pertumbuhan ekonomi.
Sehingga ketika dari sisi belanja pemerintah terbatas disarankan Pemerintah daerah khususnya mengembangkan investasi mengundang investor serta mencari opsi lain dari sektor pertambangan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Meski ekonomi Tarakan tumbuh sangat baik namun jika melihat visi Presiden diakhir kepimpinannya ekonomi tumbuh 8 persen maka perlu ditingkatkan. (ary)
Discussion about this post