Menu

Mode Gelap

Pendidikan · 19 Mei 2023 11:36 WITA ·

Ini Hasil Riset Daud Nawir yang Antarkan Jadi Guru Besar


					Prof. DR,. Ing. Ir. Daud Nawir, S.T., M.T., dikukuhkan jadi Guru Besar Bidang Teknik Sipil Transportasi Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan. Foto : Fokusborneo.com Perbesar

Prof. DR,. Ing. Ir. Daud Nawir, S.T., M.T., dikukuhkan jadi Guru Besar Bidang Teknik Sipil Transportasi Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan. Foto : Fokusborneo.com

TARAKAN – Prof. Dr.,-Ing. Ir. Daud Nawir, S.T., M.T., resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Teknik Sipil Transportasi, Fakultas Teknis, Universitas  Borneo Tarakan (UBT) di Auditorium Lantai IV Gedung Rektorat, Kampus UBT, Rabu (17/5/23).

Usai dikukuhkan, Daud Nawir menyampaikan hasil risetnya yang dibacakan dalam orasi ilmiah dengan tema : “Strategi Pengembangan Jaringan Jalan di Kawasan Perbatasan untuk Meningkatkan Konektivitas dan Peningkatan Ekonomi Regional”.

Daud menyebut bahwa persoalan yang sering muncul dari tahun ke tahun yaitu masalah transportasi dan jaringan jalan. Hal itu yang menjadi konsen penelitiannya.

width"450"

Salah solusi konkretnya, perlu kebijakan dan partisipasi masyarakat dalam hal pengembangan jaringan jalan. Sehingga perlu perencanaan yang komprehensif dengan menggunakan teknologi-teknologi terbarukan sebagai penunjang suatu jalan bisa digunakan semua masyarakat.

“Ini bukan hanya masalah faktor ekonomi, ini bukan hanya faktor sosial, tapi pada faktor pariwisata. Bagaimana suatu daerah mau dijual kalau konektivitas jalan saja tidak ada, ini yang menjadi main konsen penelitian saya bagaimana memberikan rekomendasi policy/kebijakan kepada pemerintah bagaimana meningkatkan jalan yang sudah ada, membuat jalan baru dan menggunakan teknologi yang terbarukan,” jelasnya.

Baca juga : Dikukuhkan Jadi Guru Besar UBT, Daud Nawir : Ini Kebanggaan Seorang Dosen 

Menurutnya, jalan atau aspal berpori sudah saatnya diterapkan. Sebab aspal berpori apabila terkena banjir bisa menyerap kebawah dan menambah penyediaan air tanah. Hanya saja, teknologi aspal berpori belum familiar.

“Saya ambil contoh jalan Mamburungan sebagai sampling karena saya tinggal di Mamburungan. Di Mamburungan tuh kan ada jalan yang baru dikerjakan tahun lalu, sekarang sudah berlubang. Pertanyaannya kenapa bisa berlubang ? karena memang kita selalu menggunakan aspal konvensional, sebenarnya ada salah satu alternatif namanya aspal berpori,” bebernya.

“Aspal berpori itu apabila dia kena banjir walaupun tidak ada drainase, dia tetap menyerap air kebawah dan itu menambah penyediaan air tanah. Memang teknologi ini dibandingkan dengan teknologi konvensional tidak terlalu umum, tetapi kalau kita mau bicara tentang teknologi, kita harus melek, sudah gak ada pilihan lagi itu salah satu,” tambahnya.

Solusi kedua, disampaikan Daud, jalan hijau juga menjadi salah satu alternatif. Jalan hijau ini, mencegah aspal tidak terbakar untuk mempertahankan biar awet itulah perlunya reboisasi.

“Kenapa jalan rusak? karena aspal kalau kita perhatikan pasti cepat terbakar karena panas, salah satunya jalan adalah perlu ada penanganan reboisasi disekitar jalan. Karena pohon itu juga membantu mempertahankan keawetan aspal, jadi aspal itu tidak bisa terbuka dia sistemnya melumer,” katanya.

Baca juga : Sandang Gelar Profesor, Daud Nawir Jadi Guru Besar Bidang Teknik Sipil Transportasi di UBT

Dijelaskan Daud, pekerjaan aspal yang dikenal ada dua yaitu aspal beton dengan aspal cair. Masing-masing itu mempunyai penanganan yang berbeda-beda, hasil riset ini yang ingin disampaikan kepada pemerintah sebagai rekomendasi penanganan jalan.

“Bukan hanya di jalan perbatasan, tapi di jalan antar negara, antar wilayah ini konektivitas nya harus bagus. Maka ini menjadi cerminan, karena orang masuk suatu wilayah yang pertama dilihat jalannya dulukan. Itu juga menjadi parameter kemajuan salah satu daerah, pasti transportasinya, jalan yang pertama dilihat,” ujarnya.

Apakah jalan berpori membutuhkan biaya mahal ? kata Daud tidak terlalu mahal, hanya saja belum melek teknologi terbarukan. Bahkan negara yang ekonominya di bawah Indonesia yaitu India sudah menggunakan aspal berpori. Di India Selatan jalan sepanjang 325 KM, semuanya berpori dan gak ada ditemukan kerusakan karena begitu hujan airnya langsung terserap.

“Kalau dibilang mahal, tidak juga mahal, di India juga menggunakan jalan berpori dan kita ketahui india juga bukan merupakan negara maju tapi negara berkembang sama seperti kita. Contoh ekonominya bisa kita lihat, lebih parah dari kita kalau kita lihat dari medsos dan lain sebagainya, tapi mereka bisa,” ucapnya.

Saran lain untuk perbaikan jalan, ungkap Daud mendaur ulang aspal yang sudah digunakan. Selama ini setiap ada kerusakan jalan berlubang hanya ditutup dengan beton maupun aspal tanpa dibongkar.

Baca juga : Korem 092/Maharajalila Menerima Kunjungan MK 5 Briged Tentara Diraja Malaysia 

“Sebenarnya tidak bisa seperti itu pengerjaan aspal sama dengan beton, mau jalan aspal mau jalan beton itu kalau disambung pasti pecah. Jadi jalan satu-satunya adalah stabilisasi dengan membongkar lalu menggunakan lagi bahan itu untuk menggunakan aspal jalannya,” pungkasnya.

Apabila lubang jalan cuma ditutup aspal tanpa dibongkar, disampaikan Daud bakal lepas lagi, sebab aspal ini sifatnya tidak mengikat bisa melepas. Selama ini pemerintah lebih perhitungan kepada matematika soal masalah biaya, tapi tidak pernah berpikir setiap tahun di adakan perbaikan jalan yang biayanya malah lebih mahal dibandingkan menggunakan jalan yang teknologi canggih.

“Sebenarnya walaupun mahal tapi cuma satu kali lipat maintenance jalan yang ada. Saat ini kita bisa tiap tahun memperbaiki, kalau kita hitung costnya lebih besar memperbaiki daripada membongkar jadi pilihannya adalah tidak bisa jalan selalu di overlay sama seperti kita,” pesannya.

Dikatakan Daud, mengatasi Kerusakan jalan pilihan satu-satunya adalah harus memperbaiki mutu kualitas jalan dan buat jalan baru. Hasil penelitian ini, yang nantinya akan disampaikan kepada kepala daerah di Kalimantan Utara (Kaltara) kualitas dan jaringan jalan lebih baik.

“Itu yang menjadi main konsennya saya adalah bagaimana memberikan rekomendasi kepada bapak Gubernur Kaltara harus menggunakan teknologi terbarukan, pilihannya itu. Kalau tidak, kita akan ketinggalan dan tiap tahun kita akan melakukan perbaikan-perbaikan jalan, pilihannya sangat mahal,” tutupnya.(Mt)

Print Friendly, PDF & Email
Artikel ini telah dibaca 157 kali

blank badge-check

Redaksi

blank blank blank blank
Baca Lainnya

Pemerintah Apresiasi Pelaksanaan O2SN Tingkat Provinsi

11 Juli 2024 - 17:13 WITA

blank

Tana Tidung Segera Mulai Kegiatan MPLS Setelah PPDB

8 Juli 2024 - 20:11 WITA

blank

Sukses, Kegiatan Panen Hasil P5 Jadi Agenda Rutin Tahunan SDN 14 Tarakan

7 Juli 2024 - 12:54 WITA

blank

Pemkot Tarakan Siapkan Hibah Lahan 1,4 Hektare Pembangunan SMAN 5

6 Juli 2024 - 13:13 WITA

blank

DPRD Kaltara Minta Pemkot Tarakan Percepat Hibah Lahan Pembangunan SMAN 5

6 Juli 2024 - 13:08 WITA

blank

Tingkatkan Kualitas, Guru PAUD Tana Tidung Dapat Beasiswa Kuliah di UT

6 Juli 2024 - 11:57 WITA

blank
Trending di Daerah