TARAKAN, Fokusborneo.com – Program Studi (Prodi) Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan (UBT) mengambil langkah strategis dengan memperkuat kurikulum dan kompetensi lulusan.
Pengembangan ini bertujuan memastikan sarjana Teknik Elektro UBT siap menjadi tulang punggung dalam implementasi proyek energi besar di Kalimantan Utara (Kaltara), terutama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI).
Ketua Jurusan Teknik Elektro UBT, Dr. Ir. Patria Julianto, S.T., M.T., IPM, menjelaskan Prodi Teknik Elektro merupakan salah satu program studi awal di UBT. Saat ini, Prodi dengan sembilan dosen berkualifikasi ini berfokus utama pada Sistem Tenaga Listrik (Power System).
”Secara umum, kekuatan kami ada di Power System. Namun, kami juga mengakomodir bidang lain seperti Kontrol dan Telekomunikasi melalui mata kuliah pilihan yang relevan dengan tugas akhir mahasiswa. Saat ini, akreditasi kami adalah Baik Sekali dan kami menargetkan Unggul pada akreditasi berikutnya,” tegas Dr. Patria, Kamis (6/11/25).
Dr. Patria menyoroti besarnya peluang karir bagi lulusan di Kaltara. Potensi sungai seperti Kayan, Mentarang, dan Sembakung mampu menghasilkan lebih dari 10.000 Megawatt listrik dari PLTA.
Kapasitas ini jauh melampaui kebutuhan puncak Tarakan yang hanya sekitar 50-55 Megawatt, bahkan memungkinkan ekspor listrik ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
”Potensi air kita sangat besar. PLTA ini adalah sumber Zero Emission, sejalan dengan target Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060,” katanya.
Selain PLTA, proyek strategis seperti Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) atau KIPI di Tanah Kuning dan perusahaan seperti PT Kayan LNG Nusantara juga membutuhkan banyak sarjana Teknik Elektro untuk bidang instrumentasi dan sistem kelistrikan.
Menyadari tuntutan industri yang menginginkan tenaga kerja siap pakai, Teknik Elektro UBT merancang Kurikulum Baru 2025-2029.
Kurikulum ini mengakomodir masukan dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimanta Utara (Kaltara), perusahaan, dan Forum Teknik Elektro Indonesia.
”Kami memasukkan mata kuliah spesifik daerah seperti energi baru terbarukan dan, yang terbaru, transisi energi. Sarjana Teknik Elektro harus memahami tahapan transisi energi yang sedang dijalankan PLN menuju target NZE 2060,” jelas Dr. Patria.
Untuk meningkatkan daya saing, UBT juga membekali mahasiswa dengan sertifikasi kompetensi sebelum lulus. Bekerja sama dengan pihak terkait, mahasiswa mendapatkan dua sertifikat kompetensi, yaitu di bidang kelistrikan dan konstruksi (mekanikal elektrikal).
”Lulusan kami sekarang memegang ijazah, transkrip, SKPI, ditambah dua sertifikat salah satunya dari BNSP. Ini jelas menambah modal dan nilai jual yang lebih tinggi bagi lulusan kami di mata perusahaan,” tutup Dr. Patria.
Ia menegaskan komitmen jurusan untuk menghasilkan engineer yang kompeten dan relevan dengan pembangunan masa depan Kaltara yang berbasis energi bersih.(Mt)















Discussion about this post