TARAKAN – Kota Tarakan menjadi salah satu daerah yang ditetapkan pemerintah usat sebagai lokus Stunting pada tahun 2022 oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas melalui SK Menteri PPN/Bappenas Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Lokus Percepatan Penurunan Angka Stunting di Indonesia.
Di jelaskan, Perencana Ahli Muda Bappeda Litbang, selaku wakil Satgas Stunting Kota Tarakan Deny Puspita Rini, bahwa pada tahun 2021 angka prevalensi stunting di Kota Tarakan cukup tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 25,5 persen dan sangat mengejutkan Pemerintah Kota Tarakan, sehingga pada waktu itu Pemerintah segera melakukan intervensi baik spesifik maupun sensitif dalam rangka percepatan penurunan angka stunting.
Melalui intervensi yang melibatkan seluruh tim dan stakeholder terkait, angka prevalensi stunting di Tarakan terus mengalami tren positif dan terus mengalami penurunan.
“Tahun 2021 angka prevalensi stunting di Tarakan 25,5 persen, di tahun 2022 kita turun 10 poin yaitu 15,4 persen, kemudian di tahun 2023 turun 0,6 persen di angka 14,8 persen berdasarakan data Studi Status Gizi Individu (SSGI),†jelas Deny Puspita.
Lebih lanjut, Deny Puspita menjelaskan bahwa dari Kementerian Kesehatan mengeluarkan dua data yakni SSGI dan EPPGM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi berbasis Masyarakat). Data e-PPGM didapat melalui pengukuran oleh kader Posyandu kemudian di verifikasi tim percepatan penurunan stunting (TPPS) Kelurahan bersama Dinas Kesehatan yakni Pukesmas kemudian di input melalui aplikasi EPPGM.
Berdasarkan data EPPGM pada tahun 2021 Kota Tarakan terdapat 624 Balita stunting atau 8,19 persen, kemudian tahun 2022 turun menjadi 6,24 persen, meski turun namun jumlah Balita meningkat dikarenakan Balita yang diukur juga cukup tinggi.
“Kita sudah melakukan intervensi Jadi semua Balita wajib diukur dan kita juga melakukan sweping, kenapa 2021 kecil karena pengukuran tidak banyak karena Pandemi Covid-19 sehingga Posyandu semua ditutup. Sehingga pada tahun 2023 angka Prevalensi stunting kembali turun menjadi 4,56 persen atau 655 Balita. Kemudian pada bulan Juni 2024 pada saat pelaksanaan intervensi serentak pelaksanaan percepatan penurunan stunting secara nasional, kita semua kader Posyandu turun melakukan pengukuran Balita mencapai 98 persen Prevalensi 3,93 persen, kemudian pengukuran bulan Agustus 2024 turun menjadi 541 Balita atau 3,83 persen,†urainya.
Baik data SSGI maupun data EPPGM angka prevalensi stunting terus turun dari tahun ke tahun melalui intervensi spesifik dan sensitif yang dilakukan perangkat daerah, lembaga, instansi vertikal, kader, BUMN, BUMD, serta perusahaan melalui progam Coorporate Social Responbility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).

Seperti yang dilakukan, PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan melalui Fuel Terminal Tarakan juga trut berperan aktif dalam rangka percepatan penurunan stunting di Kota Tarakan melalui program Coorporate Social Responbility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) di wilayah kerjanya.
Melalui pogram CSR yang dinamakan Gunting atau Gunung Lingkas Anti Stunting, Pertamina sukses menurunkan angka stunting di Kota Tarakan khususnya di Kelurahan Gunung Lingkas. Tentu tidak hanya dari sisi kesehatan namun juga dari sisi pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan ekonomi UMKM.
Community Development Officer (CDO) PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tarakan, Muhammad Fauzan Ridwan menjelaskan, program Gunting lahir pada saat Pertamina akan membuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat, karena pada intinya program CSR itu adalah pengembangan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, sosial, maupun kesehatan.
“Awalnya kita ke Kelurahan Gunung Lingkas karena merupakan ring satu dari perusahaan. Kemudian Pertamina dan Kelurahan Gunung Lingkas diskusi terkait program apa yang cocok dibuat di wilayah Gunung Lingkas, karena memang waktu itu stunting masih menjadi topik hangat maka lahirlah Gunting, tetap program pemberdayaan masyarakat melalui UMKM namun di satu sisi menurunkan stunting,†jelas M. Fauzan, Senin (28/10/2024).
Di mulai tahun 2022, program Gunting fokus pada pemberdayaan kader Posyandu lewat wirausaha Kelompok Usaha Bersama (KUB) Seruni untuk mengentaskan stunting. KUB Seruni sendiri saat ini memproduksi nugget sehat dan sebelumnya pudding kelor salah satu inovasi Kelurahan.
Muhamad Fauzan menerangkan, progres awal masuk program ini pada tahun 2022 sesuai roadmap yakni penyamaan visi misi, kemudian pembentukan kelompok, terbentuklah KUB Seruniku tahun 2023 dan dimulailah pelatihan kewirausahaan yakni pembuatan Nugget sehat, tidak hanya itu setiap tahun dan masih berjalan sampai saat ini pemberian makanan tambahan (PMT) sehat untuk Balita melalui Posyandu.
“Setiap bulan kita bantu untuk Nugget sehat disalurkan ke 6 Posyandu di Kelurahan Gunung Lingkas. Nugget ini dibuat oleh KUB hasil pelatihan tahun kedua, mereka dilatih pembuatan Nugget sehingga mereka benar-benar bisa berwirausaha baik dari soft skill maupun dari sisi bisnis,†bebernya.
Nugget sehat sendiri dibuat menggunakan bahan ikan Bandeng yang dibeli dari masyarakat kemudian digiling dicampur dengan berbagai macam sayuran. Kenapa memilih Nugget? Fauzan mengatakan Nugget salah satu makanan yang gampang anak-anak Balita tertarik. Dari sisi kesehatan gizi Pertamina bekerjasama dengan Pukesmas terkait dengan kadungan gizi didalamnya.
Melalui intervensi spesifik ini terbukti mampu menurunkan angka stunting di wilayah kelurahan Gunung Lingkas. Berdasarkan data awal intervensi awal jumlah Balita terindikasi Stunting di Kelurahan Gunung Lingkas mencapai 82 anak dan per Agustus 2024 turun menjadi 18 anak terindikasi stunting.
“Kami melihatnya ini trend positif, karena ada penurunan yang luar biasa dari angka 82 ke 18, diharapkan bisa zero stunting saat terminasi (akhir program CSR),†ucapnya.
Kerjasama juga dilakukan dengan Pemerintah Daerah, Pukesmas, Dinas Kesehatan, BKKBN, kemudian PIK-R, melalui kegiatan pelatihan, sosialisasi kesehatan, kehamilan dan lainnya.
Berdasarkan roadmap, program CSR pada umumnya berjalan selama 5 tahun dengan evaluasi setiap tahun program, dan tahun ini untuk Program Gunting sudah berjalan 3 tahun dan sisa 2 tahun. Di harapakan selesai terminasi KUB dapat berjalan mandiri dan stunting terentaskan.
“Tahun ini kita pengembangan fasilitas produksi Nugget bekerjasama dengan Kelurahan dengan memanfaatkan bangunan Posyandu. Produksi Nugget saat ini baru sekitar 10-12 pack setiap pack berisi 30 Pcs untuk kebutuhan PMT Posyandu,†sambungnya.
Di akui Fauzan, Nugget sehat produk KUB Seruniku masih belum komersil, meski begitu pihaknya sudah bekerjasama dengan BPOM untuk uji laboratorium dan setelah hasilnya keluar dan terbit ijin BPOM sehingga nantinya akan lebih mudah dari sisi pemasaran.
Dalam percepatan penurunan stunting, tidak hanya hanya dari intervensi spesifik Pertamina juga melakukan intervensi sensitif melalui program Gentong Mas Santun, program ini adalah inovasi dari Kelurahan dari segi pemenuhan sanitasi masyarakat. Tahun 2024 ini juga ada program Pipa Berisi dengan unggulan lebih ekonomis, efisien dan lebih praktis, jika sebelumnya menggunakan gentong atau drum melalui program Pipa Berisi diganti alatanya menggunakan pipa.
Sukses menurunkan stunting dan peningkatan ekonomi masyarakat melaui Gunting, Pertamina Patra Niaga FT Tarakan mendapatkan penghargaan dari BKKBN Pusat sebagai mitra aktif dalam percepatan penurunan angka stunting 2024 di Kaltara dan Penghargaan Indonesian Green Award 2024 yang diinisiasi oleh La Tofi School kategori Pengorganisasian Tanjung Jawab Sosial Lingkungan Program Gunting.
Muhammad Fauzan menambahkan, Pertamina telah menerbitkan buku berstandar IBSN dengan judul “Gunting Sebuah Katalistator dalam Mewujudkan Masyarakat Bebas Stunting†terbit tahun 2024. Diharapkan melalui program ini dapat menjadi pilot project atau contoh daerah lainya.
Sejak bermitra dengan PT Pertamina Patra Niaga FT Tarakan pada Oktober 2022, angka stunting di Kelurahan Gunung Lingkas mencapai 82 kasus, kemudian dilakukan intervensi kegiatan dibantu CSR sehingga kasusnya terus mengalami penururan yang cukup siginifikan.

Lurah Gunung Lingkas, Danny HS mengatakan, setelah kerjasama tersebut terjalin pihaknya kembali melakukan pendataan ulang bersama Pukesmas dan turun diangka 62 kasus. Dengan data yang diyakini sudah valid ini pihaknya melakukan intervensi secara terus menerus melalui pemberian bantuan asupan gizi yang baik kepada Balita stunting dari program CSR dan akhirnya turun menjadi 44 kasus.
“Dari 44 kami terus lakukan intervensi turun ke 27, dari angka 27 kita lakukan pendampingan lakukan monitoring akhirnya turun ke 23. Kita tekan terus, memberikan gizi pendampingan, kemudian melakukan monitoring anak kasus stunting, setelah menerima intervensi sekarang posisi diangka 18 kasus,†jelas Danny, Lurah Gunung Lingkas saat ditemui media.
Adapun data Stunting Kelurahan Gunung Lingkas pada Desember 2021 jumlah kasus 82 anak, Juni 2022 62 anak, September 2022 ada 44 Anak, Januari 2023 sebanyak 27 anak, Desember 2023 turun menjadi 23 anak, Juni 2024 turun ke 20 anak, dan Agustus 2024 jumlah kasus 18 anak.
Danny menjelaskan, sudah banyak hal dilakukan dalam rangka percepatan penurunan angka stunting, baik itu sosialisasi dan pelatihan kepada orang tua untuk membuat makanan sehat mengandung gizi baik. “Anggapan orang selama ini makanan yang mengandung gizi harus mahal ternyata setelah kita lakukan pelatihan dibantu Pukesmas ada makanan sehari hari yang dapat diolah menjadi makanan sehat bergizi,†sambungnya.
Selanjutnya, dalam kegiatan Posyandu setiap bulanya, Balita diberikan asupan makanan bergizi, bantuan PMT dan Nugget sehat dari program CSR Pertamina. Program CSR Pertamina Patra Niaga dengan tagline Gunting (Gunung Lingkas Anti Stunting) yang berjalan mulai tahun 2022 sudah memasuki tahun ke tiga dan sudah banyak bantuan diberikan baik untuk intervensi sepesifik maupun sensitif.
“Kita berikan bantuan sanitasi untuk keluarga stunting dan beresiko tinggi stunting khususnya di RT 14 dan 15 yang kuntur wilayahnya di daerah pasang surut air laut, melalui program Gentong Mas Santun dan Pipa Berisi,†terangnya.
Lebih lanjut, Danny menambahkan dari intervensi sensitif saat ini sudah dipasang dan sedang berjalan sebanyak 20 unit Pipa Berisi untuk membantu sanitasi rumah tangga yang anaknya stunting dan beresiko stunting. “Kita sudah pasang 8 unit Pipa Berisi, Alhamdulillah running 20 unit kami pasang masih berproses. Inovasi Pipa Berisi juga kita lombakan di Inovasi TTG dan Alhamdulillah juara 1. Pembiayaan bantuan sanitasi ini murni full bantuan Pertamina masyarakat tinggal menggunakan,†ungkapnya.
Berdasarkan data Pukesmas dari 18 anak stunting ada 3 anak dengan penyakit penyerta dan selebihnya dalam kondisi baik, dan ditargetkan tahun terakhir program CSR dari Pertamina Kelurahan Gunung Lingkas zero stunting.
“Tiga anak ini terus kita pantau perkembangnya secara intens,†katanya.
Bercerita tentang kerjasama dengan PT Pertamina Patra Niaga FT Tarakan, Danny mengunggapkan bahwa awal tujuan CSR adalah pembinaan UMKM, sehingga tidak hanya sasaran stunting yang ingin dicapai namun bagaimana ekonomi masyarakat juga tumbuh pada akhirnya.
“Kita buatkan KUB Seruniku, kader Posyandu sebanyak 30 orang dilibatkan untuk pembuatan Nugget sehat dan rutin produksi untuk anak-anak stunting. Jadi anak stunting khususnya mendapatkan PMT pendamping dan Nugget sehat,†katanya.
Angka stunting di Kelurahan Gunung Lingkas berada di posisi tengah dari 20 Kelurahan yang ada di Kota Tarakan, dimana paling tertinggi di Kelurahan Pantai Amal. Meski cukup tinggi namun sejak adanya program Gunting terjadi penurunan yang sangat signifikan.
Anak stunting bukan hanya dari keluarga tidak mampu namun juga dari keluarga mampu. Setelah dilakukan pendataan pada tahun 2023 dari 27 kasus sebanyak 13 anak dari keluarga tidak mampu dan 14 anak dari keluarga mampu atau bisa mandiri secara finansial. Dan setelah dilakukan intervensi serta sosialisasi kepada keluarga hasilnya sangat baik dan pertumbuhan anak menjadi lebih bagus.
Fitriani warga Gunung Lingkas, salah satu penerima manfaat program Gunting mengatakan, pada awal tahun 2023 anaknya atas nama Muhammad Zain Sulaiman dinyatakan tinggi bandanya kurang karena kekurangan gizi.
“Awal 2023 saya dapat informasi dari kader Posyandu terus terang rasanya kaget, namanya sebagai orang tua sebagai ibu bagaimana anak saya kok bisa, jadi kepikiran,†ujar Fitriani kepada fokusborneo.com.
Namun Ia bersyukur dalam kebigunganya, ada informasi dari kelurahan bahwa Muhammad Zein mendapatkan bantuan berupa daging ayam dan telor selama 6 bulan, selain itu ada bantuan sayur, susu, ikan dan nugget dari Pertamina.
“Dengan makanan gergizi tadi saya kelola buat makan dia (anak), saya juga kasih susu formula dan pada tahun 2024 dinyatakan bebas stunting,†terangnya.
Muhammad Zain Sulaiman, lahir 9 Maret 2022 anak dari pasangan Rahman pekerja Swasta dan Fitriani sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), saat dinyatakan stunting awal 2023 memiliki berat badan sekitar 8-9 Kilogram kemudian tinggi badan tidak mencapai standar, setelah dinyatakan bebas stunting beratnya naik menjadi 11-12 kilogram.
Fitriani mengaku memang kondisi anaknya kecil sehingga kelihatan kurang gizi, tapi sekarang Ia bersyukur dengan adanya bantuan tambahan gizi dari Kelurahan dan Pertamina anaknya sudah dinyatakan bebas stunting.
“Alhamdulilalah senang sekali, mewakili ibu-ibu ya harapanya Pemerintah dan Pertamina terus memberikan bantuan untuk mengatasi stunting dan bisa lebih memperhatikan lagi khususnya untuk kader Posyandu Balita,†harapnya.
Â
Rp 40 Milliar untuk Percepatan dan Penurunan Angka Stunting
Komitmen Percepatan dan Penurunan Stunting sudah dilakukan Pemerintah Kota Tarakan melalui upaya intervensi spesifik dan sensitif serta 8 aksi konvergensi pertama analisis situasi, penyusunan rencana kerja, rembuk stunting, pembagian kewenangan antara desa dan Kabupaten, mobilisasi dan pembinaan KPM, manajemen data, pengukuran dan publikasi hasil pengukuran stunting, dan review kinerja.
Penjabat (Pj) Walikota Tarakan, Bustan mengatakan Pemerintah bersama Lembaga, Instansi Vertikal, Perusahaan, dan stakeholder terkait terus melakukan intervensi penurunan angka stunting di kota Tarakan melalui berbagi upaya dan program.
Ia mengungkapkan saat ini angka prevelensi stunting di Tarakan diangka 14,6 persen (data SSGI) dan terus turun setiap tahunnya. Lebih lanjut, Bustan menegaskan ada 10 indikator prioritas Pj Walikota Tarakan sebagai bukti konkrit dalam penurunan angka stunting sesuai dengan arahan pemerintah pusat.
“Pemerintah Kota Tarakan mengalokasi APBD kurang lebih Rp 40 Milliar untuk menurunkan angka stunting, berkolaborasi dengan seluruh perangkat daerah, baik Provinsi, maupun Pemerintah Pusat,†katanya.
Tidak hanya Balita, program ini juga diberikan kepada ibu hamil sebagai upaya pencegahan, Bustan yakin dengan terjalinya kerjasama yang baik antar semua perangkat daerah dan stakeholder terkait mampu menurunkan angka stunting dibawah target nasional.
Salah satu upaya penurunan angka stunting di Tarakan sudah berjalan beberapa program salah satunya pemberian gizi tambahan melalui Posyandu, seperti buah, bubur kacang hijau, susu, dan bantuan telor dan daging ayam.
Bustan menambahkan angka stunting tertinggi di Tarakan terjadi di Kelurahan Pantai Amal, meski begitu ditemukan data variable salah satunya urbanisasi penduduk dari luar daerah saat musim harga rumput laut tinggi.
Ia mengajak seluruh instansi dan stakeholder terkait hingga perusahaan melalui program CSR untuk membantu percepatan penurunan stunting di Tarakan. Tentu ini perlu kerja bersama dan sinergitas semua pihak.
Â
Kurang Gizi Kronis dan Pola Asuh Sebabkan Stunting

Berdasarkan Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting, Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan.
Pepres Nomor 72 ini juga menjawab pertanyaan dan keresahan masyarakat disaat pandemi Covid-19 muncul ‘Stunting’. Dan jawabannya adalah stunting bukan penyakit.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan, dr. Devi Ika Indriati menjelaskan, Stunting adalah gangguan gizi kronis yang sudah berlangsung lama dengan deteksi awal adalah melihat tinggi badan Balita dibandingkan dengan umur apakah sesuai atau tidak.
“Nah kalau tidak sesuai dengan umur nanti kita dapatkan pendek atau sangat pendek dari umurnya. Terus yang menjadi masalah atau yang ditakutkan itu adalah karena dia kekurangan gizi yang kronis sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan IQ (Intelligence Quotient) nah itu yang ditakutkan, makanya perlu dilakukan audit stunting,†jelas dr. Devi kepada fokusborneo.com.
Selain penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, untuk mengatasi atau mencegah stunting pertama yang dilakukan adalah mencegah resiko terjadinya Stunting. dr. Devi menerangkan yang paling penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah 1000 hari pertama kehidupan (HPK) atau anak dibawah 2 tahun dan itu sangat menentukan.
“Jadi makanya kita atau fokus kita untuk stunting adalah anak Baduta (Bawah dua tahun),†tegasnya.
Lalu dalam upaya pencegahan, dimulai dari ibu hamil sampai melahirkan pihaknya terus melakukan pemantauan terkait dengan lingkar lengan bagian atas kalau kurang dari 23,5 cm itu dinamakan ibu hamil kurang energi kronis. Jika ibu hamil kurang energi jika dibiarkan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) yaitu berat badan dibawah 2.500 gram. Jika berat badan kurang kemudian kekurangan gizi hingga kronis maka bisa menyebabkan Stunting.
dr. Devi menerangkan faktor genetik bukan penyebab utama Stunting atau tinggi badan anak kurang. Pertumbuhan anak paling baik yakni saat umur di bawah 5 tahun jika sudah diatas 5 tahun tentu akan sulit dikejar tinggi badannya, sehingga perlunya upaya intervensi Stunting baik spesifik maupun sensitif.
Lebih lanjut, Ia mengatakan pemberian PMT adalah untuk memberikan edukasi orang tua atau ibu bayi untuk memberikan makanan bergizi. “Yang paling penting adalah makanan pokoknya, bukan pemberian makanan tambahanya, PMT untuk mengedukasi ibunya bagaimana memberikan makanan pokonya, makanan bergizinya dari karbohidratnya, proteinya, sayurnya, buah-buahnya,†sambungnya.
Pola asuh juga salah satu penyebab stunting, Ia mencontohkan biasanya, anak-anak lebih banyak minum susu atau jajanan sehingga enggan makan makanan pokok, enggan menguyah padahal menguyah juga baik untuk meningkatkan kekuatan gigi anak itu sendiri.
Dokter Devi menerangkan, berdasarkan tarikan data EPPGM per 9 September 2024. Data Stunting Kota Tarakan bulan Agustus 2024 jumlah Balita Stunting sebanyak 541 balita atau 3,83 % dengan sumbangan Stunting terbesar dari Pukesmas Pantai Amal sebanyak 94 Balita dari 862 balita yang di entri di EPPGM atau 10,90 persen.
Adapun data akhir yang sudah di entri di EPPBM pada bulan Agustus 2024, pertama Pukesmas Karang Rejo jumlah anak 3.460 (97,88%) Stunting 96 anak (2,77%), Pukesmas Sebengkok 2.816 anak (98,08%) stunting 104 (3,69%), Pukesmas Pantai Amal 862 anak (97,95%) stunting 94 anak (10,90%), PUkesmas Mamburungan 2.150 anak (98,62%) Stunting 70 (3,26%), Pukesmas Gunung Lingkas 2.394 anak (98,32%) Stunting 90 (3,57%). Sehingga total data anak yang sudah diinput di Kota Tarakan sebanyak 14.120 anak (98,10%) Stunting 641 anak (3,83%).
Reporter: Ariyanto