Dalam perkembangan zaman yang sekarang serba tehnologi dan modern, maka akan semakin kompleks permasalahan dalam suatu organisasi/perusahaan. Baik itu masalah internal maupun eksternal, apalagi pada generasi Z sekarang ini sebuah organisasi akan melakukan regenerasi dengan SDM yang sebagian besar adalah kalangan anak muda yang produktif, cerdas dan cepat tanggap, ditambah dengan ilmu tehnologi yang banyak diminati oleh generasi Z.
Dalam pendekatan SDM berarti setiap organisasi/perusahaan harus mampu menciptakan rasa aman dan kepuasan dalam bekerja ( Quality of Work Life ) agar SDM di lingkungan kerja menjadi kompetitif. Dengan QWL yang menjadikan SDM kompetitif, maka secara keseluruhan organisasi akan menjadi kompetitif pula dalam mewujudkan eksistensinya. Hal ini akan berbanding lurus dengan tingkat produktivitas SDM yang semakin bagus karena adanya motivasi kerja yang tinggi.
Namun dalam menciptakan eksistensi organisasi dengan SDM yang kompetitif dan produktif ini tidaklah mudah, apalagi di zaman sekarang ini generasi muda bisa lebih mendapatkan sesuatu dengan mudah dan instant dari berbagai macam sumber melalui tehnologi yang canggih. Hal ini yang memotivasi saya sebagai penulis untuk membuat beberapa indikator yang menurut saya dapat membantu untuk menciptakan eksistensi sebuah organisasi/perusahaan dengan pendekatan SDM pada generasi sekarang ini, dimana beberapa indikator tersebut saya jelaskan sebagai berikut :
- Komunikasi yang terbuka
Di lingkungan organisasi/perusahaan, komunikasi merupakan hal yang dibutuhkan oleh SDM dalam eksistensinya, karena dengan adanya sebuah komunikasi yang terbuka dan lancar untuk memperoleh informasi-informasi yang dipandang penting oleh karyawan dapat menimbulkan rasa puas dan merupakan motivasi kerja yang positif. Untuk itu dalam sebuah organisasi khususnya untuk generasi Z alangkah baiknya sistem komunikasi yang digunakan lebih terbuka dan luas apalagi dalam menyampaikan sebuah informasi – informasi yang penting.
- Pemecahan Konflik
Hal yang biasanya sering terjadi dalam sebuah organisasi/perusahaan adalah adanya konflik, baik itu konflik dengan perusahaan atau sesama karyawan. Dengan adanya pemecahan konflik dengan perusahaan atau sesama karyawan dilakukan secara terbuka, jujur dan adil maka kondisi ini akan berpengaruh pada loyalitas dan dedikasi serta motivasi SDM generasi Z, karena mereka cenderung lebih suka keterbukaan, kebersamaan dan ikut berkontribusi dalam pemecahan konflik tersebut.
- Kompensasi Yang Wajar
Dalam lingkungan organisasi/perusahaan setiap dan semua karyawan harus memperoleh kompensasi yang adil dan wajar serta mencukupi sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya, karena dengan adanya kompensasi yang sesuai serta dapat mensejahterakan SDM akan memotivasi karyawan dalam eksitensinya di organisasi, apalagi untuk generasi millennial ini mereka memang masih dalam taraf ambisius dalam mengejar materi, sehingga kompensasi merupakan faktor yang sangat penting untuk kalangan mereka.
- Rasa bangga organisasi terhadap SDM nya
Hal yang biasa dilakukan adalah SDM itu harus memiliki rasa bangga terhadap tempatnya bekerja tapi untuk generasi Z justru sebaliknya selain faktor tersebut adalagi yang harus diperhatikan yaitu organisasi harus menciptakan dan mengembangkan SDM nya agar mereka merasa diakui dan dihargai, karena generasi Z ini senang sekali akan pengakuan publik dan status sosial dalam sebuah organisasi, sehingga membuat mereka semakin kompetitif dan produktif. Jadi sebuah organisasi/perusahaan tidak hanya perlu dibanggakan oleh SDMnya tetapi mereka harus mempunyai rasa bangga terhadap karyawannya apalagi yang memiliki segudang prestasi dan memiliki integritas yang baik terhadap perusahaan, perlu mendapatkan sebuah penghargaan atau imbal jasa.
- Pengembangan Karier
Di lingkungan organisasi/perusahaan setiap dan semua karyawan memerlukan kejelasan pengembangan karier masing-masing dalam menghadapi masa depannya, maka sebuah organisasi perlu memberikan kesempatan SDM nya khususnya di generasi Z untuk mendapatkan pelatihan/pendidikan di luar organisasi/perusahaan karena generasi ini selalu merasa haus akan ilmu dan hal-hal yang baru, sehingga mereka lebih termotivasi dalam bekerja karena merasa memiliki masa depan yang cerah dengan adanya pengembangan karier ini.
- Pengambilan Keputusan
Dalam proses pengambilan keputusan biasanya hanya melibatkan beberapa orang saja khususnya yang memiliki jabatan tinggi dalam suatu organisasi, tapi untuk pendekatan dengan SDM generasi Z alangkah baiknya mengikutsertakan karyawan dalam rangka memikirkan langkah-langkah solusi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, sehingga mereka bisa lebih produktif dan tertantang.
- Keamanan Lingkungan Kerja
Jaminan keamanan lingkungan kerja ini biasanya merupakan hal yang umum untuk semua SDM dikalangan mana saja, karena berhubungan dengan keselamatan kerja karyawan, tapi alangkah baiknya pendekatan SDM genarasi Z ini diikutsertakan untuk membentuk sebuah tim yang dapat memberikan respon yang cepat dan terampil karena jiwa mereka yang masih mudah dan energik.
- Brainstorming
Untuk indikator ini biasanya yang banyak disukai generasi Z karena dengan adanya brainstorming mereka dapat bebas memberikan gagasan-gagasan yang kreatif dan inovatif karena anak muda lebih suka sesuatu yang baru dan menarik sehingga hal ini dapat menciptakan eksistensi organisasi yang baik.
- Tehnologi
Kalau faktor yang satu ini sudah pasti harus ada di zaman geberasi Z sekarang ini, karena semua kegiatan sekarang sudah serba sistem, karena dengan adanya system tehnologi ini memudahkan generasi Z dalam berkomunikasi yang sekarang sudah bisa dilakukan via apa saja baik email, wa, media social dll. Bahkan dalam proses melakukan pekerjaan pun mereka sudah tidak suka menggunakan system manual atau konvensional, karena mereka lebih banyak tahu tentang ilmu tehnologi jadi bisa diterapkan dalam proses melakukan pekerjaannya di sebuah organisasi/perusahaan. Sehingga eksistensi organisasi sangat bisa diciptakan dengan tehnologi ini.
- Manajemen Waktu
Waktu biasanya identik dengan jadwal atau jam kerja sebuah organisasi/perusahaan, dan ini memang hal lazim yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi/perusahaan, tetapi untuk generasi Z mereka cenderung lebih suka menganut system kerjanya orang luar negeri yaitu lebih utamakan kualitas daripada kuantitas, jadi maksudnya disini adalah mereka lebih tertantang dengan menyelesaikan sebuah pekerjaan dengan system selesai dan boleh pulang tapi waktu tersebut berkualitas karena memang benar-benar dimanfaatkan untuk menyelesaikan tugas, dibandingkan dengan kuantitas jam yang panjang tapi output kerjanya tiak ada. Sehingga manajemen waktu bisa jadi pilihan dalam pendekatan SDM pada generasi Z, namun untuk hal satu ini bagi perusahaan bisa abu-abu apakah dapat menciptakan eksistensi organisasi atau tidak, tapi jika di buat dengan pola yang baik dan terstruktur menurut saya bisa saja menciptakan eksistensi organisasi dengan terfokus pada output yang diberikan oleh SDMnya.
- Travelling in job
Istilah ini biasanya kalau di zaman dahulu mungkin biasa dikenal dengan kerja lapangan, dimana karyawan diberikan tugas dinas keluar kota atau ke luar negeri untuk melakukan pekerjaan, nah untuk generasi Z sekarang ini lebih tertarik dengan system bekerja sambil jalan-jalan atau travelling in job, karena mereka lebih suka bekerja dilapangan tetapi bisa memberikan hasil yang menakjubkan yang mungkin kadang perusahaan pun tidak memikirkannya, karena biasanya ide baru itu muncul saat bisa observasi ke luar, sehingga hal ini bisa menjadi salah satu factor eksistensi perusahaan terbentuk.
- Misi kerja
Anak muda biasanya cenderung menyukai pekerjaan yang sesuai misi mereka, ini yang biasanya menyebabkan generasi Z sering berpindah-pindah tempat kerja selain mudah jenuh dengan rutinitas kerja yang monoton mereka melakukan pekerjaan yang tidak sesuai misi mereka, lalu apa hubungannya dengan eksistensi organisasi? Ada tetapi special untuk hal satu ini, jadi perusahaan harus merekrut anak muda yang memliki hobi dan kesenangan yang misinya sama dengan misi perusahannya, sehingga jika mereka sudah cocok dan sesuai misi kerja mereka, generasi Z ini akan bekerja semaksimal mungkin, karena apa? Karena sesuatu yang mereka kerjakan adalah karna hoby atau kesukaan mereka. Hal ini yang akan memberikan hasil yang luar biasa bagi perusahaan dan mampu menciptakan eksistensi perusahaan karena mereka akan bekerja dengan senang hati dan ini menjadi sebuah simbiosis mutualisme dimana kedua belah pihak saling diuntungkan.
Dari lima indikator diatas jika bisa diterapkan dalam sebuah organisasi pada generasi Z sekarang ini bisa menciptakan eksistensi organisasi yang membantu organisasi bisa lebih kompetitif dan berkembang. Jadi SDM zaman sekarang ini perlu adanya pendekatan khusus dan menarik agar generasi Z mampu bersaing di lingkungan organisasi manapun. Dari paparan diatas ada juga hal yang perlu disampaikan mengacu pada QWL atau Quality Work of Life atau kepuasan dalam bekerja. Karena generasi Z tidak hanya mencari QWL saja atau kepuasan bekerja saja tapi juga harus memperhatikan mengenai Manajemen Pengendalian Mutu atau Total Quality Management atau disingkat ( TQM ).
Pendekatan ini menitikberatkan pada proses menghasilkan sesuatu yang berkualitas atau menghasilkan sebuah produk yang berkualitas. Nah kalau TQM ini memerlukan peran manajer dalam penerapannya karena proses tersebut bisa diartikan sebagai kemampuan manajer dalam mengelola secara terpadu. Untuk pendekatan ini justru bagaimana sebuah organisasi/perusahaan dapat memberikan kontribusi yang baik khususnya para manjernya agar eksistensi perusahaan tetap terjaga. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan para manajer kepada generasi Z untuk mempertahankan eksistensinya, yaitu sebagai berikut :
- Sebagai Pembimbing dan Pelatih
Dalam hal ini manajer tidak hanya berperan sebagai bos yang otoriter atau dictator, tapi harus berperilaku sebagai pemimpin yang demokratis mengikuti gaya anak muda sekarang. Dimana manajer disini mampu mengikutsertakan karyawan sebagai subyek yang aktif, yang diberi peluang untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dan memajukan perusahaan. Hal ini yang disukai generasi Z sehingga eksistensi organisasi/perusahaan tetap ada.
- Terbuka
Sikap terbuka antara manajer dan para karyawan ini mampu mempertahankan eksistensi organisasi/perusahaan, karena dengan adanya keterbukaan menghindari terjadinya campur tangan pihak ketiga, misalnya jika terjadi ketidakpuasan karyawan akan mendorong untuk mempergunakan kelompok atau komunitas tertentu untuk menentang, makanya menghindari hal-hal seperti itu, karena anak muda lebih cepat mengakomodir sebuah komunitas atau kelompok dan ini akan membahayakan. Sehingga sikap terbuka dari pemimpin sangat tepat dilakukan.
- Informatif
Manajer dalam pendekatan terhadap SDM generasi Z harus informatif, artinya berkewajiban menyebarkan atau menyampaikan informasi yang relevan, yang diperlukan untuk mendorong dan meningkatkan pasrtisipasi mereka. Tidak menutup-nutupi informasi yang berpengaruh dalam pengembangan karier mereka, ini yang akan tetap mempertahankan eksistensi organisasi/perusahaan.
- Kebersamaan
Dalam mewujudkan kepuasan dalam bekerja, manajer tidak menangani secara sepihak, tetapi harus mengikutsertakan juga para karyawan untuk mewujudkannya. Misalnya dalam mencapai sebuah tujuan organisasi/perusahaan tertentu memerlukan kreatifitas dan inovasi para generasi millennial, atau mengikutsertakan mereka dalam pertemuan-pertemuan penting yang berhubungan dengan tanggung jawab mereka. Dengan adanya kebersamaan ini mampu mempertahankan eksistenasi oeganisasi/perusahaan.
- Pengawasan berkelanjutan
Pengawasan yang dilakukan ini maksudnya adalah tidak hanya awal-awal saja, karena gaya dan pola kerja generasi Z yang cenderung sering berubah-ubah akan menimbulkan masalah baru, sehingga seorang manajer harus mampu melakukan pengawasan secara berkala dan terstruktur demi mempertahankan eksistensi organisasi/perusahaan.
Jadi faktor – faktor diatas adalah pendekatan manajemen yang harus dilakukan secara terus menerus dan diarahkan agar eksistensi sebuah oerganisasi/perusahaan terhadap SDM generasi Z tetap terjaga dengan mengikuti aturan-aturan yang benar. Kesimpulannya selain adanya pendekatan SDM pada generasi Z yang dilakukan oleh pihak organisasi/perusahaan perlu juga adanya pendekatan manajemen kepada SDM. Karena untuk tetap menjaga eksistensi sebuah organisasi atau perusahaan tidak bisa lepas dari kepuasan para karyawan atau SDMnya saja tetapi juga perlu Manajemen Pengendalian Mutu agar kualitas organisasi tetap bertahan, sehingga tidak hanya eksis saja diluar tapi juga berkualitas, itulah yang disebut dengan eksistensi organisasi yang sebenarya.
Untuk lebih jelasnya dari teori-teori yang saya paparkan diatas, penulis ingin membuat terapan-terapan atau dipraktekkan langsung dalam kehidupan nyata supaya lebih terlihat apa benar teori-teori diatas memang mampu membentuk SDM yang unggul atau tidak dan hal ini akan saya terapkan dalam profesi saya sebagai seorang dosen. Selain beberapa faktor yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi/perusahaan dan juga pihak mnajemen dalam mempertahankan kualitas serta ekistensi organisasi/perusahaan, ada kasus lain yang akan saya paparkan dalam tulisan ini yaitu bagaimana penerapannya jika dalam sebuah lembaga pendidikan, dimana kebetulan penulis disini berprofesi sebagai seorang Dosen yang ingin menerapkan indikator-indikator diatas dalam pengelolaan kelas saat mengajar agar SDM nya khususnya disini adalah Mahasiswa yang memang sebagian besar adalah generasi Z dapat menjadi SDM yang berkualitas sehingga mampu membuat sebuah lembaga pendidikan eksis di dunia luar.
Salah satunya adalah mengenai penerapan dalam obyek mata kuliah yang saya ampu, yaitu berhubungan dengan berhitung atau angka-angka yang biasanya sangat dihindari oleh mahasiswa karena memang dalam pemahaman materinya yang sulit dan memerlukan tingkat analisa yang kuat, contohnya dalam mata kuliah statistik biasanya mahasiswa sangat sulit memahami materi jika hanya membaca atau melihat sebuah paparan dalam bentuk buku maupun slide power point, nah disini saya sebagai penulis berusaha menerapkan hal-hal diatas untuk memecahkan masalah tersebut. Hal apa saja kah yang bisa saya terapkan dari 12 indikator yang sudah dijelaskan diatas, akan saya jelaskan sebagai berikut :
- Komunikasi Yang terbuka
Saat melakukan proses belajar mengajar saya biasanya selalu mnerapkan komunikasi dua arah atau terbuka kepada mahasiswa, sehingga suasana kelas menjadi hidup, setiap saya selesai menjelaskan sebuah materi selalu saya buka sesi diskusi bertujuan untuk membuka komunikasi dua arah yang terbuka sehingga mampu membentuk SDM yang berani mengungkapkan pendapatnya.
- Pemecahan Konflik
Dalam kasus disini saya memberikan kewenangan kepada mahasiswa untuk memecahkan sebuah masalah dalam menyelesaikan sebuah soal yang dikira sulit, sebelum saya menjelaskan hal apa saja yang mampu menyelesaikannya. Jadi mahasiswa termotivasi untuk mencoba terlebih daulu dalam menyelesaikan soal tersebut baik diskusi dengan saya atau mencari bantuan di internet, tetapi dengan cara ini justru mampu membentuk SDM yang kreatif khususnya SDM generasi Z yaitu mahasiswa.
- Rasa bangga
Dalam point ini yang saya terapkan adalah rasa bangga pengajar kepada mahasiswanya, maksudnya bagaimana ? yaitu seorang dosen tidak hanya meyampaikan sebuah materi saja, tetapi memberikan sebuah tantangan berupa tugas atau studi kasus yang membuat mahasiswa tertantang sehingga saat mereka berhasil menyelesaikannya kita memberikan gift atau imbalan berupa nilai tambah atau contoh kecilnya saya biasanya memberikan simbol bintang pada absensi jika mahasiswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan benar, semakin banyak bintang mahasiswa semakin termotivasi untuk memahami materi yang saya sampaikan, artinya disini saya sebagai pengajar menunjukkan rasa bangga terhadap mahasiswa tersebut, sehingga mampu mencetak SDM generasi Z yang unggul contoh kasusnya disini adalah mahasiswa.
- Pengambilan Keputusan
Saat sebuah pemecahan konflik tadi dapat diatasi oleh mahasiswa contohnya dalam menyelesaikan sebuah soal, dari sini lah rasa decision making mahasiswa terbentuk, walaupun masih dalam ruang lingkup yang kecil tetapi secara langsung melatih mereka untuk menjadi SDM yang mampu mengambil keputusan yang baik disaat kondisi tersulit sekalipun.
- Brainstorming
Nah indikator ini yang biasanya disukai oleh generasi Z dalam kegiatan apapun, karena mereka diberikan kebebasan untuk menuangkan ide-ide yng kreatif, contoh kasus lagi saat saya pernah memberikan tugas kelompok dalam membuat sebuah bisnis UMKM, mahasiswa sangat antusias sekali dan bahkan ide-ide mereka sangat kreatif, ini merupakan salah satu contoh cara membentuk SDM yang kreatif dan unggul yang mampu mencipakan eksistensi sebuah organisasi khususnya dalam hal ini adalah sebuah lembaga pendidikan.
- Tehnologi
Generasi Z sekarang tidak bisa jauh dengan yang namanya tehnologi, tehnologi merupakan kawan setia bagi generasi Z. Maka kita sebagai dosen jangan mau kalah dengan kemampuan tehnologi ini guna menunjang dalam membentuk mahasiswa yang unggul, contoh kasus lagi dalam sebuah kelas adalah tugas yang saya berikan biasanya tidak hanya dalam bentuk sebuah karya ilmiah, atau diskusi kelompok dll, tetapi juga memberikan tugas yang menarik seperti contoh membuat tugas kelompok dengan persentasi menggunakan media Youtobe yang sekarang sangat diminati oleh kalangan anak muda atau generasi Z, dengan cara ini mampu mengembangkan kreatifitas mereka khususnya dalam hal materi perkuliahan, sehingga mampu membuat cara belajar yang tidak membosankan tetapi justru mengasyikkan.
- Manajemen Waktu
Indikator ini biasanya yang sering dialami dikalangan generasi Z khususnya mahasiswa, mengapa ? karena anak muda biasanya suka dengan pola manajemen waktu yang santai dan bebas, tetapi dengan hal ini bagaimana menciptakan sebuah pola agar mahasiswa mampu mengelola waktu dengan baik, contohnya dalam hal deadline tugas-tugas perkuliahan dimana mereka dituntut untuk mengatur waktu sedemikian baik agar tugas-tugas mereka bisa selesai tepat waktu. Dari contoh kecil seperti ini saja mampu mendorong mahasiswa untuk lebih menghargai waktu, sehingga mampu membentuk eksistensi organisasi yang baik pula. Karena SDM yang baik itu biasanya bisa dilihat pertama kali saat mereka mampu menghargai sebuah waktu.
- Travelling in Study
Jika dalam teori yang saya jelaskan diatas adalah travelling in job karena berhubungan dengan dunia kerja di sebuah perusahaan, kalau disini saya menyebutnya travelling in study, karena berhubungan dengan proses belajar mengajar, kenapa saya pilih indikator ini mampu membentuk SDM unggul, karena biasanya anak muda suka dengan jalan-jalan, cuma dalam kasus ini biasanya belum banyak diterapka di sebuah lembaga pendidikan walaupun sudah ada tetapi dengan skala yang kecil. Karena biasanya generasi Z ini cenderung suka alam bebas yang mampu mencetuskan ide-ide yang cemerlang sehingga mampu membuat eksistensi organisasi semakin unggul. Contoh kasus kami seorang dosen biasanya sering melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan beberapa mahasiswa, dengan cara ini ternyata memotivasi mereka untuk lebih mandiri, bertanggung jawab bahkan terlihat potensi-potensi apa saja yang mereka miliki diluar prestasi akademik. Jadi menurut saya indikator ini justru menarik dan perlu diterapkan agar dapat membentuk SDM yang mandiri lebih banyak lagi sebagai penunjang sebuah organisasi bisa selalu eksis didunia luar.
- Misi
Hal terakhir yang menurut saya mampu menciptakan eksitensi dalam sebuah lembaga dengan pendekatan SDM generasi Z, khususnya mahasiswa adalah adanya sebuah misi yang baik. Dimana dalam hal ini adalah misi dalam menuntut sebuah ilmu, pastikan terlebih dahulu misi apa yang mendorong mereka untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi ? apakah hanya sekedar mendapatkan sebuah ijazah atau memang benar-benar ingin belajar, dengan cara ini mampu menciptakan suasana belajar yang hidup dan antusias dalam menangkap sebuah materi, tanpa adanya semangat belajar yang tinggi seorang mahasiswa akan datar responnya saat diberikan sebuah ilmu baru, beda hal nya jika mereka memang haus akan ilmu, sangat antusias dalam belajar dan punya rasa ingin tahu yang besar. Ini akan dapat membentuk seorang SDM yang unggul sehingga setelah mereka menyelesaikan sebuah studi akan mereka terapkan benar-benar didunia luar ataupun saat mereka sudah bekerja.
Dari dua belas (12) indikator yang ada dalam teori diatas ternyata hanya sembilan (9) yang bisa saya terapkan dalam proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan dan mampu membuat eksistensi sebuah organisasi pendidikan denga cara melakukan pendekatan kepada SDM generasi millenial khususnya adalah mahasiswa yang memang sebagain besar adalah anak muda. Sehingga dalam proses belajar mengajar tidak hanya monopoli seorang pengajar saja saat menyampaikan sebuah materi tetapi juga melibatkan keikutsertaan mahasiswa dalam proses belajar mengajarnya guna menciptakan suasana kelas yang hidup, terbuka dan komunikatif.
Tetapi dalam sebuah organisasi atau disini adalah sebuah lembaga pendidikan, SDM unggul dari generasi millenial saja tidak cukup, tetapi harus ada keikutsertaan para pejabat struktural yang memegang peran penting dalam misi dan visi sebuah organisasi. Disini juga akan saya jelaskan terapan-terapan teorinya bagaimana para pemegang jabatan akademik mampu membentuk sebuah organisai yang baik dan eksis. Contoh terapan yang akan saya berikan adalah pengalaman pribadi saya saat pernah menjabat sebagai kepala bagian pendidikan di sebuah lembaga pendidikan yang mungkin masih jauh dari kata sempurna, tetapi disini saya belajar bagaimana mencari solusi yang baik agar kejadian-kejadian yang buruk yang dulu pernah saya alami bisa membantu para pembaca sebagai prefentif agar tidak terjadi pada organisasi mereka. Apa sajakah hal-hal yang bisa saya ambil dari teori TQM diatas mari kita simak sam-sama, diantaranya adalah :
- Informatif
Mengapa indikator ini saya letakkan dipaling awal, karena ternyata hal ini sangat penting dalam sebuah organisasi, tanpa adanya pimpinan yang informatif dalam memberikan informasi-informasi yang penting dampaknya akan besar bagi sebuah organisasi, sebab pemimpin disini adalah ujung tombak datangnya informasi baru dari dunia luar agar mampu kita terima, jika pimpinan saja tidak mampu memberikan informasi yang relevan, akurat dan valid maka SDM pun akan terkena imbasnya, dan jika SDM saja tidak benar maka sebuah organisasi ini akan redup. Maka pimpinan yang informatif diperlukan dalam sebuah organisasi sebagai penyambung informasi dari dunia luar.
- Terbuka
Hal kedua adalah bersifat terbuka, dengan adanya pimpinan yang bersifat terbuka akan berdampak signifikan terhadap SDM nya, mengapa karena jika seorang pemimpin mampu terbuka dengan siapapun tanpa membatasi serta menjaga jarak dengan para SDM nya maka hal ini sangat membantu dalam menciptkan organisasi yang eksis diluar karena pemahaman-pemahaman apa saja yang tidak sejalan dengan kita mampu dibicarakan dengan musyawarah dan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
- Pengawasan Berkelanjutan
Sebuah organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinannya selalu melakukan pengawasan secara kontinu dan tersistem. Hal ini yang banyak dilupakan karena terlena dengan sibuknya kegiatan, padahal pengawasan yang dilakukan secara terus menerus ini mampu menganalisa hal-hal kecil yang mungkin tidak terfikikan oleh seorang pimpinan tetapi dampaknya bisa luar biasa besar terhadap organisasi khususnya dalam lembaga pendidikan, contoh langsungnya yaitu mengenai kedisiplinan dalam jam kerja, hal ini biasanya yang sering terabaikan karena adanya absen yang sudah tersistem, tetapi apakah kuantitas waktu tersebut benar-benar dilakukan secara berkualitas nah ini yang sering terabaikan, padahal waktu yang dilakukan tanpa ada output yang jelas akan menyebabkan SDM terlena, bebas bahkan menyepelekan dan akan berdampak besar terhadap sebuah organisasi. Mudah-mudahan pemaparan saya ini mampu membantu seorang pemimpin dalam mengkoordinasikan dengan pihak yang bersangkutan, karena waktu itu merupakan hal kecil yang sering terabaikan tetapi dampaknya sangat besar dan berpengaruh dalam sebuah organisasi.
- Kebersamaan
Yang terakhir adalah adanya rasa kebersamaan antara si pemegang jabatan dengan para bawahannya, mahasiswa sampai dengan karyawan yang berada di level paling bawah hal ini mampu menciptakan sebuah organisasi yang sangat nyaman, saling peduli, tidak adanya kesenjangan sosial yang mampu membuat organisasi lebih bagus dipandang oleh lingkungan diluar sana. Contoh kecil saja adanya kegiatan-kegiatan yang bersifat kekeluargaan seperti family gathering, pengajian rutin yang biasanya hal ini banyak dilakukan oleh sebuah organisasi untuk menciptakan rasa kekeluargaan tetapi dengan catatan tidak adanya rasa kesenjangan sosial, perbedaan status sosial antara si pemegang jabatan dengan karyawan biasa yang akan menimbulkan kegiatan ini akan sia-sia, karena kegiatan ini sifatnya lebih ke rasa peraudaran, kekeluargaan dan kebersamaan yang erat.
Teori ini saya buat supaya bisa membantu para pimpinan dalam membentuk eksistensi di lingkungan oerganisasinya. Khususnya dalam sebuah organisasi/perusahaan karena ternyata tidak hanya menggunakan teori pendekatan SDM pada generasi millenial saja, tetapi ada campur tangan dari sebuah manajemen yaitu seorang manajer yang mengendalikan mutu kualitas SDM itu sendiri, sehingga antara eksistensi organisasi dengan SDM selaras tanpa berat sebelah, ini yang disebut dengan keselarasan manajemen. Serta terapan-terapan yang saya paparkan diatas juga merupakan gambaran apa yang melatarbelakangi saya membuat tulisan ini, karena dengan berdasarkan pengalaman akan lebih mampu merasakan apakah teri-teori diatas benar bisa diterima oleh masyarakat atau tidak. Dan berharap dengan adanya pemaparan yang langsung ke pengalaman pribadi mampu memberikan inspirasi dalam melakukan pencegahan-pencegahan terhadap hal buruk yang akan terjadi dalam sebuah organisasi.
Sebab membuat eksistensi organisasi itu tidaklah mudah, kenapa ? karena kita berhubungan langsung dengan orang atau SDM, dimana karakter SDM ini bermacam-macam, apa yang kita terapkan menurut kita baik dan sesuai aturan belum tentu menurut mereka baik, dan ini menjadi dilema dalam memimpin sebuah organisasi agar tetap eksis organisasinya. Saya pernah baca dalam sebuah buku, pendekatan langsung dengan SDM merupakan strategi sebuah perang di Negara Cina dimana sebelum musuh meyerang kita harus lebih dulu menyerang, artinya sebelum SDM membuat kita kewalahan dengan pendapat-pendapat mereka yang tidak sejalan dengan kita, lebih baik kita dahulu yang mendekati mereka dengan strategi satu lawan satu atau face to face yang mampu menyentuh hati nurani mereka tanpa harus adanya perdebatan hebat apalagi sampai adanya pemberontakan secara besar-besaran atau yang sering kita sebut demonstrasi. Jadi dunia organisasi bukanlah hanya sekedar menciptakan nama yang besar, hebat dan terkenal di dunia luar, tetapi juga harus memperhatikan masalah-masalah internal terlebih dahulu, karena jika hubungan internal kita dengan SDM kita sendiri sudah kuat dan kokoh, maka bukan hal yang sulit untuk membangun sebuah organisasi yang unggul eksis dan baik dimata masyarakat. Karena pada hakekatnya adalah saat kita bisa memanusiakan manusia maka itu adalah benih yang kita tanam, hal ini mampu kembali ke diri kita sendiri sebagai manusia yang tidak luput dari kekurangan, kesalahan tetapi jika kita memang seorang SDM yang memiliki jiwa rendah hati, mandiri, selalu menghargai orang, respect tidak memandang status sosial saja, ini menurut saya sudah mampu menciptakan SDM yang unggul kususnya pada generasi millenial. Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan mampu menginspirasi banyak orang, sehingga pahala nya akan terus mengalir. Aamiin
Redaksi Redaksi