Menyebut Kabaddi terdengar asing. Ini bukan judul lagu, atau nama orang. Kabaddi adalah cabang olahraga. Dipertandingan di PON XX Papua. Walau hanya ekshibisi. Diam-diam, Kabaddi sudah menyumbangkan 3 medali perunggu untuk Kalimantan Utara.
Setiap PON, KONI Pusat selalu memberikan kesempatan kepada induk cabang olahraga baru ikut ambil bagian, walau hanya ekshibisi. Di PON Papua kali ini, kesempatan itu dimanfaatkan Federasi Olahraga Kabaddi Seluruh Indonesia (FOKSI). Organisasi yang terbentuk di Bali, tahun 2018 itu ingin membuktikan mereka bisa eksis. FOKSI akhirnya diterima menjadi salah satu cabor ekshibisi.
Karena hanya ekshibisi, pertandingannya dimulai sebelum kegiatan PON resmi dibuka. Medalinya pun tidak tercatat sebagai perolehan resmi PON. KONI nantinya akan menilai. Apakah Kabaddi bisa menjadi cabor resmi pada PON berikutnya. Makanya, saat pembukaan pertandingan Kabaddi, Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman rela terbang ke Jayapura untuk melihat langsung cabor Kabaddi bertanding.
Ini yang menarik. Dari 18 Pengurus Provinsi, terdapat 12 Pengprov ikut ambil bagian di PON Papua. Salah satunya Kaltara. Muhammad Syukur, Ketua FOKSI Kaltara itu harus rela mendahului rombongan untuk mendampingi atletnya. Ia bertolak ke Jayapura satu minggu sebelum rombongan resmi berangkat.
‘’Ada 10 atlet Kaltara yang ikut ekshibisi. Makanya saya berangkat duluan,’’ tandas pria berambut putih ini.
Kabaddi dipertandingkan di GOR Balai Kesehatan (Balatkes), Jayapura. Walau pun persiapan minim. Kaltara ternyata mampu meraih 3 medali perunggu.
‘’Namanya juga cabor baru, semua serba terbatas. Tapi untungnya teman-teman tetap semangat membawa nama Kaltara,’’ lanjut Muhammad.
Supaya Anda tidak bingung soal Kabaddi, ini gambaran umumnya. Ternyata Kabaddi itu dari India. Olahraga ini diperkirakan sudah ada sejak 4000 tahun lalu. Berasal dari kata Kai Pidi. Yang artinya berpegangan tangan. Kalau di Tarakan mirip main asin atau lokam. Di pulau Jawa disebut Gobak Sodor.
Durasi permainannya 2×20 menit. Istirahat lima menit diantara babak. Dimainkan dua tim terdiri dari tujuh orang. Tujuan permainan ini adalah untuk satu pemain melakukan pelanggaran. Sebutannya raider. Dia harus berlari ke setengah lapangan lawan. Menandai sebanyak mungkin pemain bertahan mereka. Dan kembali ke separuh lapangan mereka sendiri. Tanpa dijegal oleh para pembela dalam satu tarikan nafas.
Poinnya dari mana? Setiap pemain yang ditandai oleh raider. Sementara tim lawan dapat poin ketika berhasil menghentikan raider.
Masih bingung? Kalau gitu saya berikan link Youtube saja.
https://www.youtube.com/watch?v=kW6z5TyU8QA
Seru kan? Sekadar catatan. Asian Games 2018 lalu, Kabaddi juga dipertandingkan. Indonesia ikut ambil bagian. Iran meraih emas putra dan putri. Menumbangkan dominasi India.
Sudah yah soal Kabaddi. Kini saya mau membagikan pengalaman Muhammad Syukur selama berada di Jayapura. Begitu tiba di Kota Seribu Pinang, Ia nginap di salah satu kamar mess Balai Latihan Kesehatan (Balatkes). Letaknya di tengah kota. Tapi lumayan jauh ke pusat keramaian. Cari makan ternyata tidak susah. Awalnya Muhammad ragu soal makanan. Maklum pria yang juga dikenal hoby tenis itu rada cerewet soal makanan. Tapi menurutnya hampir sama saja dengan Tarakan. Baik rasa mau pun harga.
‘’Nasi lalap, Rp 25.000. Nasi goreng Rp 20.000 plus minuman. Hampir sama saja kan dengan Tarakan?’’ Katanya balik bertanya.
Awalnya dia pikir, harga makanan di Jayapura mahal dan rasanya aneh. Ternyata tidak. Karena yang jualan kebanyakan warga Jawa dan Sulawesi. Murah dan cocok di lidah. Nah masalahnya, siapa yang menanggung biayanya selama di Papua? Muhammad mengakui, biaya mendampingi cabor Kabaddi seluruhnya dari kantong pribadi. Ia belum tahu apakah bakal diganti atau tidak oleh KONI. Tapi dirinya mengaku puas. Biar pun dana pas-pasan, Kabaddi sudah mempersembahkan medali perunggu untuk Kaltara.
‘’Diganti syukur, nggak diganti… hemm,’’ katanya sambil bergumam.
Tinggalkan Kabaddi. Lupakan dulu Muhammad Syukur. Kita beralih ke persiapan kontingen Kaltara. Kemarin malam saya menghubungi Ketua Rombongan Brigjend Andi Sulaiman. Ia meyakini ‘’Laskar Utara’’ siap tempur.
‘’Pokoknya semua sudah dipersiapkan dengan matang. Anak-anak akan memberikan yang terbaik untuk Kaltara,’’ ujar tentara bintang satu ini.
Bagaimana dengan keamanan? Terus antisipasi Covid-19? Menurutnya, keamanan di Jayapura, Timika dan Merauke urusan TNI/POLRI. Dia yakin dua institusi itu mampu mengamankan PON Papua. Lihat saja, baru beberapa jam di Jayapura, Jendral AS bisa menyimpulkan Papua kondusif. Jadi tidak perlu khawatir. Sedangkan Covid-19 sudah pula diantisipasi. Tidak ada satu pun atlet mau pun official yang belum vaksin dan test PCR.
Seru memang PON Papua kali ini. Gubernur Kaltara Zainal Paliwang sampai turun langsung ke Jayapura. Sejak kemarin di WA Group dan media sosial beredar foto dan video aktivitas Zainal selama di sana. Bertemu atlet, rapat dengan pengurus KONI, meninjau wisma, hingga memimpin kontingen pada upacara pembukaan. Walau terselip berita tak menggembirakan dari cabor Panjat Tebing. ‘’Spiderman’’ dari Nunukan, M Sabri, terpeleset. Membuat peluang Kaltara pupus mencuri satu medali andalan.
Tapi Sabri sudah berjuang keras. Namanya juga PON, pasti ada menang ada yang kalah. Dan ada yang untung, juga yang buntung.
Selamat berjuang Laskar Utara. (pai)
Redaksi Redaksi